7 KIND OF SECRET
ADMIRER
#ceritapertama
AKU SUKA gambar KAMU
Ini tentang kisahku. Kisah hidupku. Juga kisah cintaku.
Berbicara tentang cinta memang
terasa klasik. Sepasang kekasih, Cinta bahagia, cinta tersakiti , menjadi
pasangan lalu putus. Namun, ada satu tahap yang terlupakan. Tahap perjuangan
mendekati cinta. Dalam hal ini, orang-orang seperti akulah yang wajib mendapat
penghargaan. Orang yang mencintai dalam diam. Kalian pasti tahu bagaimana
rasanya berjuang mendekati cinta ketika cinta itu tak bisa terungkap. Mungkin
kalian pernah merasakan, atau sekadar mendengar ceritanya. Bukan hal mudah
memendam perasaan kepada seseorang.
Ketika
cinta bermula dari mata…
Mata ku menyipit. Aku mendekat
kearah kertas-kertas yang berserakan tak beraturan di lantai dekat tempat duduk
ku. Pagi ini sepertinya aku datang terlalu pagi hingga belum ada satu murid pun
di kelas. Aku semakin penasaran kertas apa itu. Aku membaliknya satu per-satu.
Terdapat gambar-gambar yang tak begitu rapih melambangkan sipembuat tidak
sedang dalam keadaan hati yang baik namun gambar-gambarnya sangat hidup.
“Gambar?
Siapa yang buat dan kenapa berserakan begini?”
tanyaku dalam hati.
Aku memperhatikan gambarnya
satu persatu. Rupanya gambar-gambar ini berlanjut dan seakan merangkai sebuah
cerita. Aku pun mencoba menyusunnya menjadi sebuah cerita. Digambar yang
pertama, terdapat seorang wanita berambut se pundak dan seorang laki-laki sedang
duduk di sebuah taman sambil tertawa bahagia. Gambar kedua, si wanita dalam
gambar yang pertama duduk sendirian di taman yang sama namun dengan wajah
gelisah. Gambar ketiga, si wanita tadi sedang melihat si pria di gambar pertama
sedang memeluk seorang wanita berambut panjang. Dan gambar terakhir si wanita
tadi sedang menangis di tempat tidur.
“Lucu
dan kreatif juga pembuatnya” aku pun tersenyum lalu
menyimpan gambar-gambar tadi didalam tas.
Hari selanjutnya, selanjutnya
dan selanjutnya aku terus-terusan menemukan gambar-gambar berserakan di dekat
meja ku setiapkali aku datang terlampau pagi. Terkadang juga gambar itu ada di
dekat tempat sampah kelas. Dan aku pun terus-terusan menyimpan gambar-gambar
tersebut. Aku menyukai setiap detail gambar-gambar itu. Bahkan aku menyukai
sejak pertama aku melihat gambar-gambar tersebut. Aku rasa si pembuat
benar-benar memiliki kemampuan dan karakter dalam gambarnya. Tapi siapa orang
itu? Hingga hari kesekian aku masih tidak tahu. Bodoh! Kenapa aku tak tanya
saja kepada anak sekelas.
Rencananya hari ini aku ingin
menanyakan siapa orang yang selalu membuat gambar-gambar setiap hari dan
meninggalkannya dikelas, namun entah mengapa aku malah lupa. Mungkin karena
terlalu banyak tugas hari ini.
Saat bel pulang sekolah
berbunyi, akupun langsung berjalan menuju parkiran. Pheuw… Hari yang
melelahkan. Rasanya aku ingin langsung berada dikamar. Namun sepertinya hari
ini aku tidak beruntung. Saat ingin segera mengendarai motorku ternyata kunci
motornya tidak ada disaku atau tasku.
“duh,
kemana lagi tuh kunci” ucapku sedikit kesal. Hari ini betul-betul
melelahkan.
“kayaknya
jatuh deh dikelas” aku pun berjalan kembali ke kelas. Saat aku
masuk kedalam kelas, ku kira kelas sudah benar-benar sepi karena aku rasa semua
anak benar-benar kelelahan hari ini. Namun dugaanku salah. Ada seorang murid
yang masih ada disana. Ia tampak sedang berkutat dengan buku atau apapun diatas
mejanya. ‘gila gak ada capeknya tuh anak’
fikirku dalam hati. Aku pun menghampiri dia, Cantika namanya. Sebenarnya
aku bukan termasuk murid yang pandai bergaul atau sering bercanda dikelas. Aku
termasuk murid yang pendiam dan cuek terhadap lingkungan sekitarku. Sebenarnya
termasuk ajaib aku masih ingat nama gadis itu, karena sebenarnya aku tak hafal
nama-nama teman sekelasku.
“ ca,
lo lagi ngapain? Kok belum balik?” tanyaku agak sedikit canggung
karena aku tak ingat kapan terakhir aku berbicara dengan dia.
“lagi
gambar, nanggung. Tapi bentar lagi juga balik” ucapnya
sangat cuek bahkan tak melirik sedikitpun kearahku.
‘gambar?
Apa dia pembuat gambar-gambar itu?’ ucapku dalam hati. Aku pun
mencoba mendekat ke mejanya. Ingin meyakinkan apakah gambarnya sama seperti
gambar-gambar yang aku simpan sejak beberapa hari yang lalu.
Ternyata gambar yang sedang ia
buat sama persis dengan gambar-gambar yang aku simpan. Jadi, dia si pembuat
gambar-gambar itu. Lalu kenapa dibiarkan berserakan di lantai? Tuhan, kenapa
tiba-tiba deg-degan ya bicara dengan dia.
“lo jago gambar?” tanyaku agak grogi.
“gak
jago tapi hobby” jawabnya cuek. Ternyata ada juga manusia cuek
dikelas ini selain aku haha.
“oh gitu” jawabku
“kenapa?” kali ini ia
mengalihkan pandangannya dari gambar yang sedang ia buat ke wajahku, tepatnya
mataku. Entah aku yang baru sadar atau memang kenyataannya bahwa aku rasa ini
kali pertama mataku dan matanya berpautan. Dan gak tahu kenapa aku malah jadi
salah tingkah.
“ehm..
ehm gapapa. Gambar lo bagus.” Aku benar-benar salahtingkah
dibuatnya.
“thanks,
ngomong-ngomong lo ngapain disini?” tanyanya
“gu.. gue.. itu.. lagi nyari kunci motor. Iya, tadi gue udah sampe
parkiran eh kunci motor gue ga ada” Bodoh! Kenapa jadi gagap gini sih. Apa
ada yang salah dengan otakku?
“oh.
Tuh ada dibawah kursi lo” katanya sambil menunjuk kearah bawah kursi
ku.
“ohiya, thanks ya. Gue duluan” ucapku lalu berjalan kearah luar. Aku
tak ingin terlalu terlihat grogi di depan dia. Saat diluar kelas aku menoleh
kearah kaca untuk memastikan bahwa gadis di dalam itu adalah Cantika atau Caca
yang super duper cuek dan sedikit tomboy. Dan dia ialah si pembuat
gambar-gambar itu.
Sejak hari itu aku benar-benar
tak mengerti apa yang terjadi pada diriku. Aku makin semangat mendapatkan
gambar-gambar itu. Aku pun slalu melirik kebelakang saat akan keluar kelas. Aku
begitu penasaran dengan apa yang ia buat. Padahal pada akhirnya gambar itu pun
akan aku bawa pulang keesokan harinya. Bahkan tak jarang aku mencari cara untuk
bisa melihat dia menggambar. Dan setiap hari aku semakin salah tingkah ketika
ada didepan dia. Mungkin karena aku takut ketahuan bahwa aku diam-diam
mengoleksi gambar-gambar buatan dia. Aku terlalu gengsi untuk mengatakan kepada
dia bahwa aku menyimpan banyak gambar dia dikamarku.
Hingga suatu hari, hingga bel
masuk berbunyi Cantika belum juga datang. Kalau hari ini ia tak masuk itu
artinya ga ada yang ngegambar dan besok ga ada gambar yang bisa aku bawa
pulang. ‘Kemana sih tuh anak? Kenapa belum
datang juga’ ucapku perlahan bahkan hampir tak ada suara. Tunggu, kenapa
aku bisa merasa kehilangan seperti ini? Padahal aku hanya tidak bisa menemukan
gambar besok yang sebenarnya gambar itu dapat dikatakan sampah karena dibuang
oleh si empunya. Apa aku benar-benar jatuh cinta? Jatuh cinta pada gambar itu
atau pada ….
Aku sedikit tidak bersemangat
siang ini. Karena biasanya setiap pulang sekolah aku menempelkan gambar pada
dinding kamarku. Tapi hari ini tidak. Sampai saat ini terhitung ada lebih dari
100 gambar dari satu pencipta di dinding kamarku. Kalau ditanya untuk apa, aku
tidak bisa menjawab. Yang jelas aku suka.
“woy..
ngelamun aja lo” kakak ku masuk ke kamar dan mengagetkanku.
“sialan lo kak. Kalo masuk kamar orang tuh ketok dulu jangan asal nyelonong”
“gue
tuh tadi udah ngetok seribu kali tapi lo ga denger. Makanya gue masuk”
Benar juga sih aku tak
mendengar mungkin karena aku sedang melamun.
“lagian lagi ngelamunin apa sih lo?” tanya nya mulai kepo
“gapapa. Gua Cuma lagi bête karena hari ini gue ga dapet gambar” jawabku
sedikit lesu.
“ohya gue lupa nanya. Gambar-gambar itu tuh dari mana sih? Perasaan
banyak banget”
“ itu
tuh temen gue kak yang buat namanya Cantika. Gatau kenapa gue suka
gambar-gambar yang dia buat. Gambar-gambarnya tuh sederhana tapi penuh dengan
makna dan rapih” jawabku tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri
“kalo yang buatnya gimana? Cantik?” tanyanya menggodaku
“yah cantik lah. Namanya aja cantika”
“ oh
gitu, gue rasa lo jatuh cinta deh sama dia” goda kakaku
“jatuh cinta sama dia? Sama gambarnya sih iya. Kalo sama orangnya …. “ aku
tiba-tiba bingung harus menjawab apa.
“kenapa kalo sama orangnya?”
“ehm
masa iya sih kak. Gue kan suka nya sama gambarnya.”
“lo
emang suka sama gambarnya makanya itu lo jadi suka juga sama pembuatnya”
“bisa
gitu yah?”
“ya
iyalah. Kalo lo ga suka sama orangnya mana mau lo nyimpen sesuatu tentang dia.
Perasaan lo gimana kalo ada di deket dia?”
“perasaan
gue? Ehm gue suka salting sih. Mungkin karna gue takut ketauan kali yah”
“bukan!
Lo salting karena lo suka sama dia”
“apaan
sih lo kak” ucapku sedikit ragu. Apa iya aku juga Suka sama
pembuat gambar-gambar itu? Bukan hanya pada gambarnya?
“udah buruan lu tembak. Trus jadian deh”
“ngga
ngga! Gue ga mau nembak. Gua gak yakin kalo ini itu cinta. Sekarang ini gue mau
jadi pengagumnya dia aja. Dia gak tahu pun gapapa asalkan gua masih bisa
nyimpen gambar-gambar buatan dia”
“terserah
lo deh. Tapi lo pikir enak jadi secret admirer? Nyakitin. Lo Cuma bisa
merhatiin doi dari jauh. Lo ga punya hak apapun ke doi. Kalo kangen lo Cuma
bisa mendem sendiri tanpa balasan. Intinya jatuh cinta diam-diam itu gak enak.”
“Tapi
daripada gue harus ngungkapin dengan resiko ditolak trus doi ilfeel sama gue
dan gue jadi ga bisa liat dia gambar lagi dan nyimpen gambarnya lagi. Karena
itu juga nyakitin buat gue”
“terserah
lo deh” lalu ia pun keluar
kamarku
Bener juga sih yang dibilang
kak Dika. Aku kan punya kesempatan buat nyatain perasaanku meskipun resiko
ditolak pun ada. Tapi setidaknya aku tidak jelek-jelek banget, jadi kemungkinan
dia nerima juga besar. Jadi aku harus gimana? Bertahan memendam rasa diam-diam
dengan resiko ngebatin terus-terusan atau mengungkapkan dengan resiko ditolak.
Argghhh… pilihan yang sulit. Tapi aku tetap memutuskan untuk tidak mengatakan
cinta pada Cantika. Biar waktu yang menjawab semua.
Ya,
aku yakin bahwa Tuhan telah mengatur semuanya. Tak semua jatuh cinta diam-diam
itu menyakitkan. Dan aku yakin bahwa waktu takkan pernah keliru untuk mengatur
kapan waktu yang tepat untuk aku dan dia.
Sudah satu minggu aku tak masuk
sekolah karena ada infeksi pada saluran pencernaanku. Badanku benar-benar
terasa lemas. Dari pagi hingga pagi lagi aku hanya bisa berbaring ditempat
tidurku. Dan seakan menjadi rutinitas ku semenjak sakit yaitu tidur siang.
Seperti siang ini aku benar-benar bosan beraktifitas ditempat tidur. Akhirnya
aku pun memilih tidur.
--------------------------------------------------------------------
~Point of View, Cantika~
Seperti biasa, kelasku
sepertinya tak pernah sepi. Ada saja yang bisa meleburkan suasana. Tapi aku,
selalu tidak tertarik untuk ikutan menggila bersama mereka. Bukan jaim atau
apapun. Tapi hobby ku pada seni lukis mengalahkan semuanya. Setiap hari aku tak
pernah terlepas dari buku gambar dan pensilku. Selalu ada saja gambar yang aku
buat setiap harinya. Sebenarnya gambar-gambar tersebut selanjutnya hanya akan
aku terlantarkan dikelas. Tanpa peduli siapa yang mengambil, terbang atau pun
terbuang.
Diantara keramaian kelasku,
tiba-tiba Retno sang ketua kelas berteriak sebagai tanda meminta perhatian.
Biasanya dia ingin memberikan informasi sesuatu.
“Teman-teman. Tadi gue dapet perintah dari Bu Tuti , Wali kelas kita.
Katanya kita diminta untuk menjenguk Gabriel karena dia sakit dan udah gamasuk
lebih dari satu minggu. Sekarang gue butuh dua orang buat nemenin gue
kerumahnya Gabriel” Retno mencoba menjelaskan informasi kepada anak-anak
“gue ikut deh no. kebetulan searah” teriak Dini
“oke.
Satu lagi gue minta lo ya Ca” ucap Retno sembari menunjuk kearah ku.
“Gue?”
jawabku kaget
“iya,
kenapa? Lo gabisa?” tanya Retno
“ehm ga
kok. Gue bisa” jawabku
“oke.
Kita berangkat pulang sekolah ya”
Aku tidak tahu apa alasan Retno mengajakku menjenguk Gabriel
pulang sekolah nanti. Tapi tak ada salahnya jika aku ikut, toh nanti siang aku
gak ada kegiatan.
Sepulang sekolah, aku, Retno
dan Dini langsung menuju kerumah Gabriel. Ternyata rumahnya dengan rumahku
hanya beda kompleks.
Saat sampai dirumah Gabriel
kami bertiga disambut oleh ibunda nya Gabriel. Katanya Gabriel sedang tidur.
Namun kami langsung di antar ke kamarnya Gabriel. Saat masuk kamarnya, aku
langsung terperangah ketika melihat deretan gambar-gambar di salah satu dinding
kamarnya. Aku sangat mengenal gambar-gambar itu. Saat mengobrol dengan ibunda
nya Gabriel pun mataku tetap terfokus pada dinding tersebut. ‘kenapa gambar-gambarku bisa ada di sini? Lengkap
dengan tanggal. Aku ingat setiap gambar yang aku buat. Dan mengapa bisa
sebanyak ini? Dapat darimana dia? Atau diam-diam dia menyimpan
gambar-gambar yang aku buang? Tapi
kenapa?’ ucapku dalam hati. Aku benar-benar tak mengerti mengapa bisa
gambar-gambarku ada sebanyak ini di kamarnya Gabriel.
Setelah hamper setengah jam
kami di kamar Gabriel, ia belum juga bangun. Dan aku masih berkutat dengan
fikiranku. Namun aku tersadar ketika Retno dan Dini beranjak dari tempat
duduknya.
“kalian
mau kemana? Balik?” tanyaku bingung
“kita mau ke toilet. Jadi dari tadi lo diem aja tuh ngelamun? Gue kan
tadi udah ngomong sama lo” jawab Retno sedikit heran
“oh. Okey”
“kenapa?
Lo mau ikut?” tanya Dini
“engga deh. Gue disini aja” jawabku
Retno dan Dini serta Ibundanya
Gabriel keluar kamar. Tinggalah aku dan Gabriel di sini. Aku benar-benar
penasaran apa gambar-gambar tersebut benar-benar gambarku. Aku mendekat kearah
dinding yang dipenuhi gambar tersebut. selang beberapa detik nampaknya Gabriel
terbangun.
“lo siapa? Kok ada dikamar gue?” tanyanya kebingungan
Aku pun membalikkan badanku
menghadap kearahnya.
“loh? Ca.. ca.. cantika?” ia terlihat begitu terkejut
“iya,
kenapa? Kok lu panik gitu” tanyaku
Dia tak menjawab.
“kenapa? Kok diem? Gue butuh penjelasan dari lo, kenapa gambar-gambar
ini bisa ada dikamar lo?”
“ehm
itu.. iseng aja. Ya iseng aja” aku tidak yakin dengan
jawabannya.
“iseng? Sebanyak ini?”
“ ehm. Okey! Gue mau ngaku sama
lo.” Ucapnya lalu ia menunduk
“Gue suka semua gambar lo. Gue suka sejak pertama gue liat dan maka dari
itu gue milih buat nyimpen gambar-gambar yang lo buang di kamar gue” jawabnya
sedikit gugup
“lo suka gambar gue? Kenapa ga bilang?” tanyaku
“gue malu “ jawabnya
“ohgitu”
“lo gak
marah?” tanyanya. Kali ini ia tidak menunduk.
“yah
engga lah” jawabku. Aku kembali memerhatikan gambar.
“Ca, sebenernya ada satu lagi yang mau gue bilang ke lo”
“apa?”
Gabriel terlihat sangat gugup.
Aku gak ngerti kenapa dia bisa se-gugup itu. Ia menarik nafas sebelum menjawab.
“Gue suka sama lo dan gue sayang sama lo. Gue mau lo jadi pacar gue?”
Aku benar-benar kaget mendengar
pernyataan Gabriel barusan. Sekarang gentian aku yang gugup setengah mati.
“ehm.. lo ga lagi bercanda kan?” tanyaku gugup
“serius. Kali ini gue bener-bener serius. Gue udah lama suka sama gambar
lo dan suka sama lo. Tapi gue ga berani ambil resiko jadi gue milih jadi
pengagum rahasia lo aja. Maaf yah gue emang gak gentle” akunya
“oh. Jadi gitu” jawabku. Tak tahu kenapa aku tersenyum senang.
Mungkin aku kegeeran atau aku memang senang ditembak sama Gabriel.
“jadi, gimana? Lo mau jadi pacar gue?”
“ehm yaudah gue mau” ucapku tersipu
“JADI KALIAN PACARAN?” teriak
Retno, Dini, dan Ibunda Gabriel dari pintu kamar.
Aku dan Gabriel hanya tersenyum
malu.
~Point Of View, Gabriel~
Aku benar-benar tak menyangka kisah ku berakhir seperti
ini. Tapi seperti yang aku katakan sebelumnya, bahwa tak semua jatuh cinta
diam-diam itu menyakitkan. Jika kita menikmati maka kita bisa bahagia. Dan aku
percaya Tuhan itu adil. Buktinya, kini aku bahagia dengan Cantika. Bukan lagi
sebagai pengagum rahasia melainkan kekasihnya.
J
SELESAI~~~~~
DWI YULIANTI SARI
@dwiyuliant_