Rabu, 29 Januari 2014

7 kind of SECRET ADMIRER


 
7 KIND OF SECRET  ADMIRER

#ceritapertama
                                     

AKU SUKA gambar KAMU




Ini tentang kisahku. Kisah hidupku. Juga kisah cintaku.
Berbicara tentang cinta memang terasa klasik. Sepasang kekasih, Cinta bahagia, cinta tersakiti , menjadi pasangan lalu putus. Namun, ada satu tahap yang terlupakan. Tahap perjuangan mendekati cinta. Dalam hal ini, orang-orang seperti akulah yang wajib mendapat penghargaan. Orang yang mencintai dalam diam. Kalian pasti tahu bagaimana rasanya berjuang mendekati cinta ketika cinta itu tak bisa terungkap. Mungkin kalian pernah merasakan, atau sekadar mendengar ceritanya. Bukan hal mudah memendam perasaan kepada seseorang.

Ketika cinta bermula dari mata…

Mata ku menyipit. Aku mendekat kearah kertas-kertas yang berserakan tak beraturan di lantai dekat tempat duduk ku. Pagi ini sepertinya aku datang terlalu pagi hingga belum ada satu murid pun di kelas. Aku semakin penasaran kertas apa itu. Aku membaliknya satu per-satu. Terdapat gambar-gambar yang tak begitu rapih melambangkan sipembuat tidak sedang dalam keadaan hati yang baik namun gambar-gambarnya sangat hidup.
“Gambar? Siapa yang buat dan kenapa berserakan begini?” tanyaku dalam hati.
Aku memperhatikan gambarnya satu persatu. Rupanya gambar-gambar ini berlanjut dan seakan merangkai sebuah cerita. Aku pun mencoba menyusunnya menjadi sebuah cerita. Digambar yang pertama, terdapat seorang wanita berambut se pundak dan seorang laki-laki sedang duduk di sebuah taman sambil tertawa bahagia. Gambar kedua, si wanita dalam gambar yang pertama duduk sendirian di taman yang sama namun dengan wajah gelisah. Gambar ketiga, si wanita tadi sedang melihat si pria di gambar pertama sedang memeluk seorang wanita berambut panjang. Dan gambar terakhir si wanita tadi sedang menangis di tempat tidur.
“Lucu dan kreatif juga pembuatnya” aku pun tersenyum lalu menyimpan gambar-gambar tadi didalam tas.
Hari selanjutnya, selanjutnya dan selanjutnya aku terus-terusan menemukan gambar-gambar berserakan di dekat meja ku setiapkali aku datang terlampau pagi. Terkadang juga gambar itu ada di dekat tempat sampah kelas. Dan aku pun terus-terusan menyimpan gambar-gambar tersebut. Aku menyukai setiap detail gambar-gambar itu. Bahkan aku menyukai sejak pertama aku melihat gambar-gambar tersebut. Aku rasa si pembuat benar-benar memiliki kemampuan dan karakter dalam gambarnya. Tapi siapa orang itu? Hingga hari kesekian aku masih tidak tahu. Bodoh! Kenapa aku tak tanya saja kepada anak sekelas.
Rencananya hari ini aku ingin menanyakan siapa orang yang selalu membuat gambar-gambar setiap hari dan meninggalkannya dikelas, namun entah mengapa aku malah lupa. Mungkin karena terlalu banyak tugas hari ini.
Saat bel pulang sekolah berbunyi, akupun langsung berjalan menuju parkiran. Pheuw… Hari yang melelahkan. Rasanya aku ingin langsung berada dikamar. Namun sepertinya hari ini aku tidak beruntung. Saat ingin segera mengendarai motorku ternyata kunci motornya tidak ada disaku atau tasku.
“duh, kemana lagi tuh kunci” ucapku sedikit kesal. Hari ini betul-betul melelahkan.
“kayaknya jatuh deh dikelas” aku pun berjalan kembali ke kelas. Saat aku masuk kedalam kelas, ku kira kelas sudah benar-benar sepi karena aku rasa semua anak benar-benar kelelahan hari ini. Namun dugaanku salah. Ada seorang murid yang masih ada disana. Ia tampak sedang berkutat dengan buku atau apapun diatas mejanya. ‘gila gak ada capeknya tuh anak’ fikirku dalam hati. Aku pun menghampiri dia, Cantika namanya. Sebenarnya aku bukan termasuk murid yang pandai bergaul atau sering bercanda dikelas. Aku termasuk murid yang pendiam dan cuek terhadap lingkungan sekitarku. Sebenarnya termasuk ajaib aku masih ingat nama gadis itu, karena sebenarnya aku tak hafal nama-nama teman sekelasku.
“ ca, lo lagi ngapain? Kok belum balik?” tanyaku agak sedikit canggung karena aku tak ingat kapan terakhir aku berbicara dengan dia.
“lagi gambar, nanggung. Tapi bentar lagi juga balik” ucapnya sangat cuek bahkan tak melirik sedikitpun kearahku.
‘gambar? Apa dia pembuat gambar-gambar itu?’ ucapku dalam hati. Aku pun mencoba mendekat ke mejanya. Ingin meyakinkan apakah gambarnya sama seperti gambar-gambar yang aku simpan sejak beberapa hari yang lalu.
Ternyata gambar yang sedang ia buat sama persis dengan gambar-gambar yang aku simpan. Jadi, dia si pembuat gambar-gambar itu. Lalu kenapa dibiarkan berserakan di lantai? Tuhan, kenapa tiba-tiba deg-degan ya bicara dengan dia.
lo jago gambar?” tanyaku agak grogi.
“gak jago tapi hobby” jawabnya cuek. Ternyata ada juga manusia cuek dikelas ini selain aku haha.
oh gitu” jawabku
kenapa?”  kali ini ia mengalihkan pandangannya dari gambar yang sedang ia buat ke wajahku, tepatnya mataku. Entah aku yang baru sadar atau memang kenyataannya bahwa aku rasa ini kali pertama mataku dan matanya berpautan. Dan gak tahu kenapa aku malah jadi salah tingkah.
“ehm.. ehm gapapa. Gambar lo bagus.” Aku benar-benar salahtingkah dibuatnya.
“thanks, ngomong-ngomong lo ngapain disini?” tanyanya
gu.. gue.. itu.. lagi nyari kunci motor. Iya, tadi gue udah sampe parkiran eh kunci motor gue ga ada” Bodoh! Kenapa jadi gagap gini sih. Apa ada yang salah dengan otakku?
“oh. Tuh ada dibawah kursi lo” katanya sambil menunjuk kearah bawah kursi ku.
ohiya, thanks ya. Gue duluan” ucapku lalu berjalan kearah luar. Aku tak ingin terlalu terlihat grogi di depan dia. Saat diluar kelas aku menoleh kearah kaca untuk memastikan bahwa gadis di dalam itu adalah Cantika atau Caca yang super duper cuek dan sedikit tomboy. Dan dia ialah si pembuat gambar-gambar itu.
Sejak hari itu aku benar-benar tak mengerti apa yang terjadi pada diriku. Aku makin semangat mendapatkan gambar-gambar itu. Aku pun slalu melirik kebelakang saat akan keluar kelas. Aku begitu penasaran dengan apa yang ia buat. Padahal pada akhirnya gambar itu pun akan aku bawa pulang keesokan harinya. Bahkan tak jarang aku mencari cara untuk bisa melihat dia menggambar. Dan setiap hari aku semakin salah tingkah ketika ada didepan dia. Mungkin karena aku takut ketahuan bahwa aku diam-diam mengoleksi gambar-gambar buatan dia. Aku terlalu gengsi untuk mengatakan kepada dia bahwa aku menyimpan banyak gambar dia dikamarku.
Hingga suatu hari, hingga bel masuk berbunyi Cantika belum juga datang. Kalau hari ini ia tak masuk itu artinya ga ada yang ngegambar dan besok ga ada gambar yang bisa aku bawa pulang. ‘Kemana sih tuh anak? Kenapa belum datang juga’ ucapku perlahan bahkan hampir tak ada suara. Tunggu, kenapa aku bisa merasa kehilangan seperti ini? Padahal aku hanya tidak bisa menemukan gambar besok yang sebenarnya gambar itu dapat dikatakan sampah karena dibuang oleh si empunya. Apa aku benar-benar jatuh cinta? Jatuh cinta pada gambar itu atau pada ….

Aku sedikit tidak bersemangat siang ini. Karena biasanya setiap pulang sekolah aku menempelkan gambar pada dinding kamarku. Tapi hari ini tidak. Sampai saat ini terhitung ada lebih dari 100 gambar dari satu pencipta di dinding kamarku. Kalau ditanya untuk apa, aku tidak bisa menjawab. Yang jelas aku suka.
“woy.. ngelamun aja lo” kakak ku masuk ke kamar dan mengagetkanku.
sialan lo kak. Kalo masuk kamar orang tuh ketok dulu jangan asal nyelonong”  
“gue tuh tadi udah ngetok seribu kali tapi lo ga denger. Makanya gue masuk”
Benar juga sih aku tak mendengar mungkin karena aku sedang melamun.
lagian lagi ngelamunin apa sih lo?” tanya nya mulai kepo
gapapa. Gua Cuma lagi bête karena hari ini gue ga dapet gambar” jawabku sedikit lesu.
ohya gue lupa nanya. Gambar-gambar itu tuh dari mana sih? Perasaan banyak banget”
“ itu tuh temen gue kak yang buat namanya Cantika. Gatau kenapa gue suka gambar-gambar yang dia buat. Gambar-gambarnya tuh sederhana tapi penuh dengan makna dan rapih” jawabku tanpa sadar aku senyum-senyum sendiri
kalo yang buatnya gimana? Cantik?” tanyanya menggodaku
yah cantik lah. Namanya aja cantika”
“ oh gitu, gue rasa lo jatuh cinta deh sama dia” goda kakaku
jatuh cinta sama dia? Sama gambarnya sih iya. Kalo sama orangnya …. “ aku tiba-tiba bingung harus menjawab apa.
kenapa kalo sama orangnya?”
“ehm masa iya sih kak. Gue kan suka nya sama gambarnya.”
“lo emang suka sama gambarnya makanya itu lo jadi suka juga sama pembuatnya”
“bisa gitu yah?”
“ya iyalah. Kalo lo ga suka sama orangnya mana mau lo nyimpen sesuatu tentang dia. Perasaan lo gimana kalo ada di deket dia?”
“perasaan gue? Ehm gue suka salting sih. Mungkin karna gue takut ketauan kali yah”
“bukan! Lo salting karena lo suka sama dia”
“apaan sih lo kak” ucapku sedikit ragu. Apa iya aku juga Suka sama pembuat gambar-gambar itu? Bukan hanya pada gambarnya?
udah buruan lu tembak. Trus jadian deh”
“ngga ngga! Gue ga mau nembak. Gua gak yakin kalo ini itu cinta. Sekarang ini gue mau jadi pengagumnya dia aja. Dia gak tahu pun gapapa asalkan gua masih bisa nyimpen gambar-gambar buatan dia”
“terserah lo deh. Tapi lo pikir enak jadi secret admirer? Nyakitin. Lo Cuma bisa merhatiin doi dari jauh. Lo ga punya hak apapun ke doi. Kalo kangen lo Cuma bisa mendem sendiri tanpa balasan. Intinya jatuh cinta diam-diam itu gak enak.”
“Tapi daripada gue harus ngungkapin dengan resiko ditolak trus doi ilfeel sama gue dan gue jadi ga bisa liat dia gambar lagi dan nyimpen gambarnya lagi. Karena itu juga nyakitin buat gue”
“terserah lo deh”  lalu ia pun keluar kamarku
Bener juga sih yang dibilang kak Dika. Aku kan punya kesempatan buat nyatain perasaanku meskipun resiko ditolak pun ada. Tapi setidaknya aku tidak jelek-jelek banget, jadi kemungkinan dia nerima juga besar. Jadi aku harus gimana? Bertahan memendam rasa diam-diam dengan resiko ngebatin terus-terusan atau mengungkapkan dengan resiko ditolak. Argghhh… pilihan yang sulit. Tapi aku tetap memutuskan untuk tidak mengatakan cinta pada Cantika. Biar waktu yang menjawab semua.
Ya, aku yakin bahwa Tuhan telah mengatur semuanya. Tak semua jatuh cinta diam-diam itu menyakitkan. Dan aku yakin bahwa waktu takkan pernah keliru untuk mengatur kapan waktu yang tepat untuk aku dan dia.

Sudah satu minggu aku tak masuk sekolah karena ada infeksi pada saluran pencernaanku. Badanku benar-benar terasa lemas. Dari pagi hingga pagi lagi aku hanya bisa berbaring ditempat tidurku. Dan seakan menjadi rutinitas ku semenjak sakit yaitu tidur siang. Seperti siang ini aku benar-benar bosan beraktifitas ditempat tidur. Akhirnya aku pun memilih tidur.

--------------------------------------------------------------------
~Point of View, Cantika~

Seperti biasa, kelasku sepertinya tak pernah sepi. Ada saja yang bisa meleburkan suasana. Tapi aku, selalu tidak tertarik untuk ikutan menggila bersama mereka. Bukan jaim atau apapun. Tapi hobby ku pada seni lukis mengalahkan semuanya. Setiap hari aku tak pernah terlepas dari buku gambar dan pensilku. Selalu ada saja gambar yang aku buat setiap harinya. Sebenarnya gambar-gambar tersebut selanjutnya hanya akan aku terlantarkan dikelas. Tanpa peduli siapa yang mengambil, terbang atau pun terbuang.
Diantara keramaian kelasku, tiba-tiba Retno sang ketua kelas berteriak sebagai tanda meminta perhatian. Biasanya dia ingin memberikan informasi sesuatu.
Teman-teman. Tadi gue dapet perintah dari Bu Tuti , Wali kelas kita. Katanya kita diminta untuk menjenguk Gabriel karena dia sakit dan udah gamasuk lebih dari satu minggu. Sekarang gue butuh dua orang buat nemenin gue kerumahnya Gabriel” Retno mencoba menjelaskan informasi kepada anak-anak
gue ikut deh no. kebetulan searah” teriak Dini
“oke. Satu lagi gue minta lo ya Ca” ucap Retno sembari menunjuk kearah ku.
“Gue?” jawabku kaget
“iya, kenapa? Lo gabisa?” tanya Retno
“ehm ga kok. Gue bisa” jawabku
“oke. Kita berangkat pulang sekolah ya”
Aku tidak tahu apa alasan Retno mengajakku menjenguk Gabriel pulang sekolah nanti. Tapi tak ada salahnya jika aku ikut, toh nanti siang aku gak ada kegiatan.

Sepulang sekolah, aku, Retno dan Dini langsung menuju kerumah Gabriel. Ternyata rumahnya dengan rumahku hanya beda kompleks.
Saat sampai dirumah Gabriel kami bertiga disambut oleh ibunda nya Gabriel. Katanya Gabriel sedang tidur. Namun kami langsung di antar ke kamarnya Gabriel. Saat masuk kamarnya, aku langsung terperangah ketika melihat deretan gambar-gambar di salah satu dinding kamarnya. Aku sangat mengenal gambar-gambar itu. Saat mengobrol dengan ibunda nya Gabriel pun mataku tetap terfokus pada dinding tersebut. ‘kenapa gambar-gambarku bisa ada di sini? Lengkap dengan tanggal. Aku ingat setiap gambar yang aku buat. Dan mengapa bisa sebanyak ini? Dapat darimana dia? Atau diam-diam dia menyimpan gambar-gambar  yang aku buang? Tapi kenapa?’ ucapku dalam hati. Aku benar-benar tak mengerti mengapa bisa gambar-gambarku ada sebanyak ini di kamarnya Gabriel.
Setelah hamper setengah jam kami di kamar Gabriel, ia belum juga bangun. Dan aku masih berkutat dengan fikiranku. Namun aku tersadar ketika Retno dan Dini beranjak dari tempat duduknya.
“kalian mau kemana? Balik?” tanyaku bingung
kita mau ke toilet. Jadi dari tadi lo diem aja tuh ngelamun? Gue kan tadi udah ngomong sama lo” jawab Retno sedikit heran
oh. Okey”
“kenapa? Lo mau ikut?” tanya Dini
engga deh. Gue disini aja” jawabku
Retno dan Dini serta Ibundanya Gabriel keluar kamar. Tinggalah aku dan Gabriel di sini. Aku benar-benar penasaran apa gambar-gambar tersebut benar-benar gambarku. Aku mendekat kearah dinding yang dipenuhi gambar tersebut. selang beberapa detik nampaknya Gabriel terbangun.
lo siapa? Kok ada dikamar gue?” tanyanya kebingungan
Aku pun membalikkan badanku menghadap kearahnya.
loh? Ca.. ca.. cantika?” ia terlihat begitu terkejut
“iya, kenapa? Kok lu panik gitu” tanyaku
Dia tak menjawab.
kenapa? Kok diem? Gue butuh penjelasan dari lo, kenapa gambar-gambar ini bisa ada dikamar lo?”
“ehm itu.. iseng aja. Ya iseng aja” aku tidak yakin dengan jawabannya.
iseng? Sebanyak ini?”
“ ehm. Okey! Gue mau ngaku sama lo.” Ucapnya lalu ia menunduk
Gue suka semua gambar lo. Gue suka sejak pertama gue liat dan maka dari itu gue milih buat nyimpen gambar-gambar yang lo buang di kamar gue” jawabnya sedikit gugup
lo suka gambar gue? Kenapa ga bilang?” tanyaku
gue malu “ jawabnya
ohgitu”
“lo gak marah?” tanyanya. Kali ini ia tidak menunduk.
“yah engga lah” jawabku. Aku kembali memerhatikan gambar.
Ca, sebenernya ada satu lagi yang mau gue bilang ke lo”
“apa?”
Gabriel terlihat sangat gugup. Aku gak ngerti kenapa dia bisa se-gugup itu. Ia menarik nafas sebelum menjawab.
Gue suka sama lo dan gue sayang sama lo. Gue mau lo jadi pacar gue?”
Aku benar-benar kaget mendengar pernyataan Gabriel barusan. Sekarang gentian aku yang gugup setengah mati.
ehm.. lo ga lagi bercanda kan?” tanyaku gugup
serius. Kali ini gue bener-bener serius. Gue udah lama suka sama gambar lo dan suka sama lo. Tapi gue ga berani ambil resiko jadi gue milih jadi pengagum rahasia lo aja. Maaf yah gue emang gak gentle” akunya
oh. Jadi gitu” jawabku. Tak tahu kenapa aku tersenyum senang. Mungkin aku kegeeran atau aku memang senang ditembak sama Gabriel.
jadi, gimana? Lo mau jadi pacar gue?”
ehm yaudah gue mau” ucapku tersipu
JADI KALIAN PACARAN?”  teriak Retno, Dini, dan Ibunda Gabriel dari pintu kamar.
Aku dan Gabriel hanya tersenyum malu.


~Point Of View, Gabriel~

            Aku benar-benar tak menyangka kisah ku berakhir seperti ini. Tapi seperti yang aku katakan sebelumnya, bahwa tak semua jatuh cinta diam-diam itu menyakitkan. Jika kita menikmati maka kita bisa bahagia. Dan aku percaya Tuhan itu adil. Buktinya, kini aku bahagia dengan Cantika. Bukan lagi sebagai pengagum rahasia melainkan kekasihnya.  J

SELESAI~~~~~







DWI YULIANTI SARI
      @dwiyuliant_