"I LOVE YOU, KECIL”
‘drrrttt’
Saat merasakan getar dari ponselnya, Nona langsung
mencari-cari keberadaan benda yang hampir tak pernah ia lepas. Hingga akhirnya
ia menemukan ponselnya yang berwarna biru langit tepat dibalik bantalnya.
Seketika, ia mengernyitkan dahinya melihat layar ponselnya yang terdapat
tulisan ‘ 1 Received Message ‘. Ia pun langsung membuka pesan tersebut. Tertera
nomor yang belum memiliki nama di ponselnya.
Ia semakin penasaran dengan isi pesan tersebut.
08979063XXX
Hey kecil, apa kabar?
Nona mengernyitkan dahinya. Air muka yang awalnya terlihat
ceria mulai berubah menjadi kebingungan. Ia memutar otaknya, mengingat-ingat
orang-orang yang ia beritahu nomornya. Tapi tunggu, kecil? Otaknya pun mulai
menampilkan slide-slide seorang anak laki-laki kecil yang meskipun kecil namun
masih terlihat lebih tinggi darinya. Dia adalah sosok laki-laki yang ia kenal
sejak masih Sekolah Dasar, yang selalu memanggilnya dengan sebutan ‘kecil’.
~flashback~
Sekolah dasar ini masih sangat riuh dengan teriakan dan
bercandaan anak-anak disana. Lalu setelah bel masuk kembali,ada satu kelas yang
masih terasa sangat riuh. Tak ada guru rupanya.
“Na, sini deh” panggil anak laki-laki yang bertubuh tinggi
dan tampan tersebut
“apaan? kamu mau ngerjain saya lagi?” ucapnya sinis karena
dia terlalu bosan di kerjain anak-anak kelas karena kepolosannya.
“ngga kok, saya mau tanya sesuatu ke kamu” anak laki-laki
itu memasang wajah serius
“ada apa sih?” tanya Nona penasaran karena melihat wajah
teman laki-lakinya terlihat serius
“tapi kamu jujur yah sama saya” anak laki-laki itu duduk
disamping Nona, masih dengan wajah yang serius
“iya, ada apa sih nan?” Nona menghadap ke anak laki-laki
tadi
“tapi kamu jangan marah” ucapnya lagi
“ih, ada apa sih ?” Nona mulai tak sabar
“kamu tuh sebenernya...... makan apa sih? Kok kecil terus.”
Anak laki-laki itu tertawa terpingkal-pingkal karena telah berhasil ngerjain
Nona.
“Ferdinaaaaaaannnnnnn” teriak Nona kesal karena merasa
dikerjain teman cowoknya itu.
“wajah kamu lucu, serius banget. Dasar kecil” ucap Ferdinan masih terus tertawa. Tanpa ancang-ancang
Nona pun mengejar Ferdinan yang telah lari menuju lapangan.
Kedua anak kelas 5 SD itu pun terus berkejar-kejaran di
lapangan.
*flashback off*
Nonalia
Anggraeni atau lebih sering disapa Nona adalah gadis kecil yang mulai tumbuh
menjadi remaja. Ia telah memasuki jenjang pendidikan SMA. Wajahnya yang imut
dan badannya yang kecil membuat ia semakin terlihat imut. Ia memiliki teman
yang sangat banyak. Cara ia berinteraksi membuat banyak orang suka berada didekatnya. Ia memiliki
kecerdasan yang luar biasa. Sejak umur 5 tahun ia telah pandai membaca dan
menulis. Ia sekolah sejak umurnya 6 tahun. Sejak kelas satu hingga kelas enam
ia selalu menjadi juara kelas dengan nilai yang sempurna tentunya. Ia termasuk
anak yang berani bermimpi. Sejak duduk dikelas 2 SD ia bertemu dengan anak
laki-laki yang memiliki tubuh lebih tinggi darinya. Anak laki-laki tersebut
bernama Ferdinan Nugroho. Sejak saat itu mereka berteman.
Ferdinan
Nugroho adalah anak laki-laki yang memiliki tubuh yang tinggi dan wajah yang
tampan. Ia memiliki kecerdasan yang hampir sama dengan Nona, namun ia belum
pernah bisa mengalahkan rekor Nona yang selalu juara kelas sejak SD. Ferdinan
berteman dengan Nona sejak kelas 2 SD.
*flashback*
Pada
saat itu, Ferdinan melihat teman sekelasnya sedang memakan bekal yang ia bawa
dari rumah. Timbulah sifat jail darinya. Ia menghampiri anak perempuan itu lalu
mengambil roti selai miliknya. Gadis itu pun langsung teriak dan marah.
“kamuuu,
itu milikku” suaranya melengking menandakan ia marah karena bekalnya diambil.
Namun
Ferdinan malah kabur tak bertanggung jawab. Nona kecil pun menangis. Lalu Ibu
Guru memasuki kelas dan mendapati Nona yang sedang menangis.
“kamu
kenapa Nona?” tanya Bu Eri yang mencoba menenangkan Nona
“tadi
bekal ku diambil dia bu” jawabnya terbata sambil menunjuk anak laki-laki di
meja sampingnya.
“
Ferdinan, sini. Kamu benar mengambil makanan Nona?” tanya Bu Guru pada Ferdinan
“iya
bu” jawab Ferdinan menunduk
“sekarang
kamu minta maaf ya pada Nona” minta Bu Guru pada Ferdinan
Ferdinan
pun menghampiri Nona yang masih menangis.
“saya
minta maaf ya, besok kalau mamah saya memberi bekal saya akan janji mengganti
roti kamu” ucap ferdinan sembari menyodorkan tangan pada Nona
“iya”
ucap Nona singkat namun masih terdengar isakan
“yaudah,
sekarang Nona berhenti menangis ya. Kita mulai pelajarannya” ucap Bu Guru
kembali ke mejanya
Mulai
saat itu mereka jadi berteman.
*flashbackoff*
Akhirnya
Nona pun teringat seseorang, yang ia kenal sejak Sekolah Dasar. Ferdinan,
sahabat kecilnya. Tiba-tiba Nona tersenyum ketika mengingat sahabat kecilnya
itu. Mengingat hal-hal yang pernah mereka lalui sejak SD maupun SMP. Kenangan
saat SD mereka selalu bersaing untuk bisa menjadi juara kelas, kenangan saat
kelulusan, serta kenangan saat hari-hari pertama mereka masuk di SMP yang sama,
bahkan kenangan saat mereka harus menyesuaikan diri untuk berubah panggilan
dari Saya-Kamu menjadi Gua-Elu karena menurut teman-temannya panggilan itu
terlalu baku dan biasa digunakan oleh orang pacaran. Satu demi satu kenangan
itupun memenuhi otaknya. Membuat senyumnya terus merekah dari bibirnya. Ia pun
mengetikan balasan pesan tersebut.
Me
Ini
siapa ya?
Ia
memutuskan untuk tidak asal menebak.
Tak
lama ia pun mendapat balasan.
08979063XXX
Orang
paling ganteng yang pernah kamu kenal :D
Pesan
tersebut membuat Nona semakin yakin bahwa itu adalah sahabat kecilnya. Karena
Ferdinan memang selalu mengatakan bahwa dia adalah cowok terganteng di dunia.
Me
Punya
nama?
08979063XXX
Punya
lah, tebak dong
Me
Gimana
mau nebak ga ada clue apa-apa
08979063XXX
Masih
galak aja, saya Ferdinan. Inget?
Ternyata
benar tebakan Nona. ‘anak itu apa kabar
ya?’ fikir Nona dalam hati.
Me
Inget
08979063XXX
Masih
marah yah sama saya?
Nona
terkesiap membaca pesan itu. Dia baru ingat, bahwa hubungan antara Nona dan
Ferdinan terakhir tidaklah baik. Terakhir Nona marah besar pada Ferdinan.
*flashback*
Telah
satu minggu ini Ferdinan tidak masuk sekolah. Meskipun Nona beda kelas dengan
Ferdinan namun ia bisa mengetahui bahwa Ferdinan telah satu minggu ini tidak
masuk dari teman-temannya yang satu kelas dengan Ferdinan.
Saat
berniat ingin cerita ke Ferdinan tentang pengumuman bahwa dia akan dikirim
untuk perlombaan siswa berprestasi tingkat Kota, Nona menanyakan keberadaan Ferdinan
saat itu pada Dinda temannya yang juga satu kelas dengan Ferdinan.
“hallo
din, Ferdinan ada dikelas gak?” tanya Nona saat bertemu Dinda di depan kelasnya
“jadi
lu gak tau na, Ferdinan udah satu minggu gak masuk. Emang dia gak bilang sama
lu?” pernyataan Dinda tadi membuat Nona terkejut dan bertanya-tanya
“loh,
enggak din. Emang dia kenapa?” tanya Nona pada Dinda
“gak
ada keterangan non” jawab Dinda
“ohgitu,
thanks ya din”
“iya
na”
Nona
masih tak percaya dengan informasi tentang sahabatnya itu. Setahu dia, Ferdinan
adalah anak yang paling anti dengan bolos. Dia termasuk anak rajin dan sangat
senang bersaing mengenai pelajaran. Namun kini, ia telah tidak masuk sekolah
selama satu minggu tanpa keterangan dan tanpa memberi kabar padanya. Nona
sangat kesal saat itu. Ia berniat mendatangi rumah Ferdinan pulang sekolah
nanti.
Sore
ini, Nona telah berada dirumah Ferdinan. Namun yang dituju sedang tak ada
dirumah. Ini sudah pukul 6 sore dan Ferdinan belum juga pulang, orangtuanya
sejak pagi tidak ada dirumah. Sehingga rumah itu nampak kosong. Berhubung Nona
sedang kesal dan sangat ingin bertemu Ferdinan, ia rela menunggu hingga larut
malam. Sebelumnya ia telah menghubungi Ibunya bahwa ia sedang di rumah
Ferdinan. Jam 9 malam, Nona masih setia menanti kedatangan Ferdinan. Ia heran
mengapa Ferdinan bisa berubah sangat drastis seperti ini. Lalu tak lama,
Ferdinan pun pulang dan langsung menghampiri Nona.
“Nona,
ngapain kamu disini?” tanya Ferdinan kaget dengan keberadaan sahabatnya diteras
rumahnya. Lebih parahnya ia masih mengenakan seragam sekolah.
“lagi
nungguin TKI pulang” jawab Nona kesal
“maksud
kamu apaan sih? Udah sana pulang! Udah malam dan baju kamu besok masih dipakai
tuh” Ferdinan berusaha menghindar dan menyuruh Nona pulang.
‘dasar gak tahu diri, udah ditungguin dari
sore eh giliran udah datang malah ngusir’ gumam Nona dalam hati
“kamu
tuh kenapa sih nan? Kok gak masuk sekolah?” tanya Nona mulai menginterogasi
“saya
lagi ada urusan” Ferdinan mencoba menghindari tatapan Nona
“urusan
apa? Jam segini baru pulang? Gak biasanya kamu rela bolos demi satu urusan” ucap
Nona. Matanya mencoba menerawang mata Ferdinan. Mencari celah kebohongan
Ferdinan
“penting”
lagi-lagi Ferdinan menjawab dengan singkat
“kamu
gak usah bohongin saya nan. Saya kenal kamu udah dari SD jadi saya tahu kamu
bohong. Kamu gak mungkin rela bolos demi satu urusan.”
Ferdinan
terdiam. Air muka nya memancarkan kelelahan dan kekecewaan.
“kamu
ada masalah? Cerita sama saya nan” Nona mencoba meraih tangan Ferdinan. Mencoba
mentransfer kehangatan pada Ferdinan.
“saya
mau berhenti sekolah, na”
“apa?
Kamu jangan bercanda nan. Sekolah itu penting. Sekolah adalah jembatan kita
untuk bisa meraih mimpi kita. Jadi gausah ngawur mau berenti sekolah deh” nada
bicara Nona mulai meninggi. Nona mencoba menyadarkan sahabatnya bahwa dia punya
mimpi.
“percuma
na, orang yang mau saya buat bangga dengan mimpi saya udah ga perduli” ia terus
menunduk. Nona mulai menangkap apa masalah sahabatnya
“maksud
kamu apa sih nan? Ibu dan ayah kamu masih ada” Nona merubah nada bicaranya. Ia
menghampiri sahabatnya.
“mereka
cerai na. Dan sekarang mereka udah masing-masing. Gak ada yang perduli sama
saya. Jadi daripada saya percuma menghabiskan waktu saya untuk mengejar
mimpi-mimpi saya sedangkan saya tidak tahu siapa yang akan bangga jika saya
meraih semuanya” ucapnya lirih namun Nona masih dapat mendengarnya
“kamu
punya saya nan. Kamu sahabat saya, kamu dan saya punya mimpi yang sama. Saya
akan jadi dokter yang hebat dan kamu juga akan jadi arsitek yang hebat juga
nan. Percaya sama saya, itu bukan jalan yang terbaik” Nona mencoba menggenggam
bahu Ferdinan yang lebih tinggi darinya, memaksa mata Ferdinan menatap matanya.
“maaf,
aku gak bisa na. Aku mau mencoba realistis, ini kenyataan hidupku sekarang.”
Ferdinan menghindari tatapan sahabatnya itu
“kamu
bukan realistis tapi kamu menyerah. Kamu telah dikalahkan sama masalahmu
sendiri.” Nada bicara Nona kembali meninggi
“menyerah
dan realistis itu beda tipis. Seperti yang dikatakan Keenan di novel favoritmu,
Perahu Kertas” Nona kembali terkesiap mendengar kata-kata Ferdinan. Dia memang
sahabat terbaik Nona. Bahkan dia tahu novel yang sedang disukai olehnya. Tapi
kini aku kehilangan sosok dia yang bersemangat. Kini dia benar-benar telah
dikalahkan oleh masalah-masalahnya.
“saya
kecewa sama kamu nan. Penilaian saya tentang kamu ternyata salah besar” Nona
meninggalkan Ferdinan sendiri. Nona sudah kehabisan kesabaran. Ferdinan telah
berubah menjadi sosok keras kepala.
*flashbackoff*
Setelah
kejadian tersebut, Nona benar-benar kehilangan sosok sahabatnya. Kini Nona
telah menjadi anak kelas 3 SMA di salah satu SMA favoritnya dan Ferdinan sejak
masih SMP. Nona masih dengan semangat yang utuh untuk menjemput mimpinya
meskipun tak bersama Ferdinan. Namun Ferdinan telah asik dengan dunia bisnis
yang ia tekuni selama ini. Pada dasarnya ia memang cerdas sehingga dengan mudah
untuk menyusun kepingan-kepingan nya yang telah hancur karena masalah
keluarganya.
Nona
membalas pesan dari Ferdinan. Kini nama contact Ferdinan telah berubah.
Me
Marah?
Marah kenapa?
Ferdinan
Saya
minta maaf. Besok bisa ketemu? Di mamake ya, masih inget kan? Jam 10
Me
Gak
janji
Ferdinan
Please
ya, kecil ;)
Me
Aku
sudah besar
Ferdinan
tak membalas. Sebenarnya Nona sangat ingin bertemu dengan sahabatnya itu.
Pagi
ini Nona bangun lebih pagi. Jam 7 ia telah selesai mandi dan sedang
memilih-milih pakaian yang terasa cocok untuk bertemu dengan Ferdinan. Ia ingin
terlihat lebih dewasa agar tak dianggap kecil lagi sama Ferdinan. Saat pukul
setengah 10 Nona berangkat ke tempat yang dituju, yaitu mamake. Warung kecil
yang menjadi tempat menunggu jemputan mereka saat masih SD. Saat ini ia
mengenakan kaos putih yang ditutup jaket jeans berwarna biru dan jeans putih
pendek diatas lutut, serta dengan kupluk berwarna senada dengan jaketnya. Setelah
sampai, Nona melihat sekeliling tempat itu. Telah hampir 4 tahun ia tak
mengunjungi tempat itu. Kini, warung sederhana mamake telah berubah menjadi
sebuah cafe sederhana dan disekitarnya kini telah terdapat banyak pepohonan
yang rindang, membuat tempat itu terasa sejuk dan nyaman. Nona masuk ke tempat
itu lalu melihat siluet seseorang yang masih sangat ia kenali. Tubuhnya yang
tinggi dan rambutnya yang sedikit gondrong membuat ia terlihat berbeda dari 6
tahun yang lalu saat mereka berdua menunggu jemputan sekolah.
“hai”
sapa Nona
“Nona....
“ Ferdinan tak percaya bahwa gadis didepannya ini adalah sahabat kecilnya dulu.
Ia langsung menarik Nona kedalam pelukannya. Ia meridukan anak kecil satu ini.
Nona pun merasakan kenyamanan yang lama tak ia rasakan. Pelukan Ferdinan terasa
begitu hangat.
“apa
kabar na?” tanya Ferdinan membuka pembicaraan lagi
“baik.
Kamu?” tanya Nona balik
“alhamdulillah.
Kamu masih kecil juga ternyata” Ferdinan tersenyum penuh arti
‘senyumannya.menyejukkan’ fikir nona
“saya
sudah besar sekarang” Nona tidak mau terus-terusan dianggap kecil
“tapi
tinggimu masih seperti anak kecil”ledeknya
“saya
mengerti kamu memang tinggi, tapi saya lebih dewasa dari kamu” Nona membela
diri
“tahu
dari mana saya belum dewasa?”
“cara
mu mengambil keputusan itu melambangkan kamu belum dewasa”
“kamu
masih marah sama saya ?”
“marah?
Tidak”
“saya
mengaku salah. Waktu itu saya tak bisa menahan emosi saya. Sehingga keputusan
yang saya ambil tanpa saya fikir
terlebih dulu”
“penyesalan
memang selalu datang belakangan”
“tapi
saya tidak merasa menyesal”
“kamu
bukan Ferdinan yang saya kenal dulu”
“saya
masih sama seperti sahabat kecilmu dulu”
“tidak.
Ferdinan yang saya kenal punya mimpi yang begitu besar, bukan seseorang yang
mudah menyerah”
“saya
masih Ferdinan yang dulu, percaya lah. Meskipun saya tidak dapat menggapai
mimpi saya menjadi arsitek tapi sekarang saya telah memiliki mimpi baru”
“apa?”
“saya
sedang menjalani bisnis di bidang kuliner na”
“restaurant?”
“ya
semacam itu, pembuatan gedungnya saya sendiri yang menjadi arsiteknya. Jadi
masih berfungsi mimpi saya dulu”
“semoga
kamu sukses dengan pilihanmu”
“amin.
Semoga kamu juga yah kecil” Ferdinan mengacak rambut Nona yang keluar dari
kupluknya
“semoga
kita tidak berpisah lagi yah kecil” ucapnya memeluk Nona dengan erat. Seakan
tak ingin kehilangan sahabat kecilnya itu.
Sejak
pertemuan itu Nona dan Ferdinan menjadi sahabat kembali. Beberapa kali mereka
bertemu da mengenang kenangan-kenangan semasa kecil mereka. Tanpa disadari,
sesuatu yang bebas seakan tak bisa lagi mereka nikmati seperti dulu. Sekarang
mereka tak dapat lagi berkejar-kejaran seperti saat mereka kecil. Sekarang tak
hanya canda tawa yang hidup diantara mereka, tetapi kini perasaan ikut serta
dalam setiap detik kebersamaan mereka. Perasaan mereka mulai berani bicara.
Menjaga perasaan temannya itu sangat penting.
Saat
malam hari, Nona sedang asik dengan kegiatannya menghitung bintang. Ia
terpesona dengan keindahan yang dimiliki bintang. Keindahannya tak ada yang
dapat menandingi. Disaat asik menghitung bintang di terasnya, ponsel Nona
berdering. Nomor tak dikenal menelponnya. Ragu Nona mengangkat telepon
tersebut.
“hallo,
dengan siapa ya?” sapa Nona ramah
“saya
Ferdinan, kecil” jawabnya sambil tertawa
renyah
“pakai
nomor siapa kamu?”
“ini
nomor pacar saya, kami sedang tukar pakai”
Nona
terdiam mendengar pernyataan Ferdinan. Hatinya seakan tersayat pisau tajam. Ada
perasaan aneh yang menyerang hatinya. Sesak dan ingin berontak.
“ooh
, ada apa nan?” meskipun mencoba membuat suaranya sebiasa mungkin namun masih
sedikit bergetar
“kamu
kenapa na? Lagi nangis ya? Kok suaramu bergetar?” tanya Ferdinan khawatir
“tidak
nan, saya lagi sedikit flu jadi mungkin terdengar aneh”
Ferdinan
tak langsung percaya. Ia mengenal betul sahabat kecilnya itu.
“kalau
ada masalah saya akan selalu ada untuk kamu na”
“makasih
nan”
‘klik’
telpon pun ditutup.
Air
mata Nona tak dapat lagi dibendung. Iya menangis disaksikan ribuan bintang.
Menangis tanpa tahu apa penyebabnya. Hati dan otak nya seakan memerintahkan
matanya untuk menangis. Dadanya terasa sesak .
“Kakak,
masuk sudah malam” suara mamah menyadarkan Nona dari lamunanya. Dengan gerakan
cepat Nona menghapus airmatanya. Lalu masuk ke dalam kamarnya. Dikamar, ia
masih tak dapat menahan sakitnya yang terasa begitu pilu. Aku tak mengerti
mengapa airmata ini tak dapat tertahan. Mengapa perasaan ini terus bergejolak.
Mengapa saat mengetahui Ferdinan memiliki kekasih hati ada rasa tak terima.
Mengapa dan mengapa. Pertanyaan terus
menghantui fikiran Nona. Apa kini ia mencinta i Ferdinan? Tapi ini semua tak
boleh terjadi. Dia sahabatnya. Sahabat kecilnya. Nona akan merelakan
perasaannya terus menguap dan menghilang
dibanding harus kehilangan sahabatnya untuk kedua kalinya.
Hari
ini tak sengaja Nona bertemu Ferdinan di salah satu supermarket. Setelah
beberapa hari ia mencoba menghindari sahabatnya.
“hai
kecil, kemana saja?” sapanya lalu merangkul Nona
“ada,
aku duluan yah nan” Nona langsung lari meninggalkan Ferdinan yang masih
terpaku. Tak mengerti mengapa Nona seperti menjauhinya.
Setelah
pertemuan itu, Nona memutuskan untuk tinggal sementara dirumah tantenya di
Bandung. Ia ingin menghindari Ferdinan, sampai perasaannya kembali normal.
Ferdinan
merasakan kehilangan sahabatnya itu, dua minggu ini sahabatnya tak bisa
dihubungi. Lalu ia memutuskan untuk mendatangi rumah sahabatnya itu.
“permisi
tante” sapanya pada Ibu Nona
“hey
nak Ferdinan. Apa kabar?”
“baik
tante, boleh tanya. Nona nya ada tan?”
“Nona
sedang ingin sendiri”
“tapi
kenapa tan? Dia tidak bercerita apapun kepada saya.”
“dia
tidak mungkin bercerita ke kamu. Karena ini semua ada hubungannya dengan kamu”
kata-kata ibunya Nona membuat Ferdinan kebingungan.
“berhubungan
dengan saya tan? Kalau boleh tau, apa?”
“dia
mencintaimu nan”
“apa
tan?”
“iya,
dia mencintaimu. Dia menghindari mu karena takut perasaannya merusak
persahabatan kalian”
“yaampun
Nona...” ucap Ferdinan berbisik
“Kalau
boleh tau, Nona ada dimana sekarang tan?”
“di
Bandung, dirumah tantenya.”
“boleh
saya minta alamatnya tan?”
“sebentar”
Lalu
Ibu Nona memberikan secarik kertas pada Ferdinan.
Tak
ingin membuang waktu, Ferdinan langsung mengendarai mobilnya menuju Bandung. Setelah
kuranglebih 5jam ia sampai di Bandung. Ferdinan berjalan menuju rumah sederhana
tempat tinggal tantenya Nona.
“permisi”
ucapnya sambil mengetuk pintu
“iya,
ingin mencari siapa ya?” tanya seorang wanita yang tengah hamil tua
“Nona
ada disini yah tante?” tanya Ferdinan. Sepertinya wanita hamil itu adalah
tantenya Nona.
“ada,
dia sedang menyendiri dikamar. Sejak kemarin tidak mau diganggu” jelas tantenya
Nona
“boleh
saya masuk tan?” tanya Ferdinan dengan nada memohon.
“silahkan”
Tantenya Nona mempersilahkan Ferdinan masuk.
Lalu
Ferdinan menangkap siluet yang sangat ia
kenal. Nona sedang duduk menghadap langit yang telah diramaikan oleh
bintang-bintang.
“kecil”
sapa Ferdinan hangat
Nona
terkejut dengan suara yang sangat ia kenal itu. Ia menoleh dan mendapati sosok
Ferdinan yang berjalan mendekatinya.
“kamu,
ngapain disini?” tanya Nona menahan airmatanya agar tidak menetes
“saya
kehilangan kamu” ucapnya lembut
“saya
sedang butuh waktu untuk sendiri” ucap Nona. Ia tak sanggup lagi melihat
laki-laki yang sedang ia cintai
“saya
sudah tahu semuanya”Nona pun terkesiap dan mengangkat wajahnya yang sedari tadi
menunduk.
“saya
tahu kamu mencintai saya kan?”
“ka
kamu tenang, saya hanya butuh waktu untuk membunuh perasaan itu” Suara Nona
terdengar bergetar dan terbata-bata
“untuk
apa dibunuh?” tanya Ferdinan dengan nada yang begitu tenang
“perasaan
ini sangat aneh. Tak wajar” ucap Nona terbata
“kenapa
tak wajar? Saya juga mencintai kamu na” ucap Ferdinan sangat lembut. Ia mencoba
meraih tangan Nona namun dengan cepat
Nona menepisnya
“kamu
tak perlu kasihan. Dan kamu tak perlu memikirkan perasaan saya” air mata Nona
yang sedari tadi ditahan akhirnya mengalir indah dipipinya. Ferdinan menghapus
airmata dipipi Nona.
“kamu
tak perlu berusaha membunuh perasaan itu. Biarkan perasaan itu tetap ada
dihatimu. Selamanya”
“tapi
kita sahabat nan”
“memangnya
kenapa kalau kita sahabat?”
“saya
tidak ingin menghancurkan persahabatan kita, nan”
“kenapa
harus dihancurkan? Persahabatan kita akan tetap abadi untuk selamanya. Biarkan cinta
antara kita menjadi penyempurna persahabatan kita”
“tapi......
“ ucap Nona menggantung
Seakan
mengetahui arti tatapan mata Ferdinan, Nona melanjutkan perkataannya.
“pacarmu..”
airmuka Nona semakin lesu
“sudah
putus”
Entah
mengapa, kini senyum Nona sedikit terukir dibibirnya.
“stop!
Kayak gini terus dong” kata Ferdinan sambil menahan senyum di pipi Nona dengan
memegang pipinya.
“kamu...”
Nona berubah menajdi tersipu
“kecil,
saya mencintai kamu, saya sayang sama kamu. Saya selalu takut kehilangan kamu. Sekarang,
kamu jangan membunuh rasa cinta kamu ke saya ya? Untuk selamanya” Ferdinan
mengelus pipi Nona dengan penuh sayang. Lalu mengecup kening Nona.
Nona
tak dapat berkata apapun. Ia tak percaya, Tuhan begitu baik padanya. Sahabat yang
ia sangat sayangi sejak kecil merangkap menjadi seseorang yang sangat ia cintai
saat ini.
“I
LOVE YOU, Kecil”
“I
LOVE YOU TOO”
--------END---------
-DYS-
Twitter : @dwiyuliant_