Sabtu, 18 Mei 2013

I LOVE YOU, KECIL



                                                    "I LOVE YOU, KECIL”            

‘drrrttt’
Saat merasakan getar dari ponselnya, Nona langsung mencari-cari keberadaan benda yang hampir tak pernah ia lepas. Hingga akhirnya ia menemukan ponselnya yang berwarna biru langit tepat dibalik bantalnya. Seketika, ia mengernyitkan dahinya melihat layar ponselnya yang terdapat tulisan ‘ 1 Received Message ‘. Ia pun langsung membuka pesan tersebut. Tertera nomor yang belum memiliki nama di ponselnya.  Ia semakin penasaran dengan isi pesan tersebut.
08979063XXX
Hey kecil, apa kabar?
Nona mengernyitkan dahinya. Air muka yang awalnya terlihat ceria mulai berubah menjadi kebingungan. Ia memutar otaknya, mengingat-ingat orang-orang yang ia beritahu nomornya. Tapi tunggu, kecil? Otaknya pun mulai menampilkan slide-slide seorang anak laki-laki kecil yang meskipun kecil namun masih terlihat lebih tinggi darinya. Dia adalah sosok laki-laki yang ia kenal sejak masih Sekolah Dasar, yang selalu memanggilnya dengan sebutan ‘kecil’.

~flashback~
Sekolah dasar ini masih sangat riuh dengan teriakan dan bercandaan anak-anak disana. Lalu setelah bel masuk kembali,ada satu kelas yang masih terasa sangat riuh. Tak ada guru rupanya.
“Na, sini deh” panggil anak laki-laki yang bertubuh tinggi dan tampan tersebut
“apaan? kamu mau ngerjain saya lagi?” ucapnya sinis karena dia terlalu bosan di kerjain anak-anak kelas karena kepolosannya.
“ngga kok, saya mau tanya sesuatu ke kamu” anak laki-laki itu memasang wajah serius
“ada apa sih?” tanya Nona penasaran karena melihat wajah teman laki-lakinya terlihat serius
“tapi kamu jujur yah sama saya” anak laki-laki itu duduk disamping Nona, masih dengan wajah yang serius
“iya, ada apa sih nan?” Nona menghadap ke anak laki-laki tadi
“tapi kamu jangan marah” ucapnya lagi
“ih, ada apa sih ?” Nona mulai tak sabar
“kamu tuh sebenernya...... makan apa sih? Kok kecil terus.” Anak laki-laki itu tertawa terpingkal-pingkal karena telah berhasil ngerjain Nona.
“Ferdinaaaaaaannnnnnn” teriak Nona kesal karena merasa dikerjain teman cowoknya itu.
“wajah kamu lucu, serius banget. Dasar kecil” ucap Ferdinan masih terus tertawa. Tanpa ancang-ancang Nona pun mengejar Ferdinan yang telah lari menuju lapangan.
Kedua anak kelas 5 SD itu pun terus berkejar-kejaran di lapangan.

*flashback off*



Nonalia Anggraeni atau lebih sering disapa Nona adalah gadis kecil yang mulai tumbuh menjadi remaja. Ia telah memasuki jenjang pendidikan SMA. Wajahnya yang imut dan badannya yang kecil membuat ia semakin terlihat imut. Ia memiliki teman yang sangat banyak. Cara ia berinteraksi membuat banyak orang  suka berada didekatnya. Ia memiliki kecerdasan yang luar biasa. Sejak umur 5 tahun ia telah pandai membaca dan menulis. Ia sekolah sejak umurnya 6 tahun. Sejak kelas satu hingga kelas enam ia selalu menjadi juara kelas dengan nilai yang sempurna tentunya. Ia termasuk anak yang berani bermimpi. Sejak duduk dikelas 2 SD ia bertemu dengan anak laki-laki yang memiliki tubuh lebih tinggi darinya. Anak laki-laki tersebut bernama Ferdinan Nugroho. Sejak saat itu mereka berteman.

Ferdinan Nugroho adalah anak laki-laki yang memiliki tubuh yang tinggi dan wajah yang tampan. Ia memiliki kecerdasan yang hampir sama dengan Nona, namun ia belum pernah bisa mengalahkan rekor Nona yang selalu juara kelas sejak SD. Ferdinan berteman dengan Nona sejak kelas 2 SD.

                                *flashback*

Pada saat itu, Ferdinan melihat teman sekelasnya sedang memakan bekal yang ia bawa dari rumah. Timbulah sifat jail darinya. Ia menghampiri anak perempuan itu lalu mengambil roti selai miliknya. Gadis itu pun langsung teriak dan marah.
“kamuuu, itu milikku” suaranya melengking menandakan ia marah karena bekalnya diambil.
Namun Ferdinan malah kabur tak bertanggung jawab. Nona kecil pun menangis. Lalu Ibu Guru memasuki kelas dan mendapati Nona yang sedang menangis.
“kamu kenapa Nona?” tanya Bu Eri yang mencoba menenangkan Nona
“tadi bekal ku diambil dia bu” jawabnya terbata sambil menunjuk anak laki-laki di meja sampingnya.
“ Ferdinan, sini. Kamu benar mengambil makanan Nona?” tanya Bu Guru pada Ferdinan
“iya bu” jawab Ferdinan menunduk
“sekarang kamu minta maaf ya pada Nona” minta Bu Guru pada Ferdinan
Ferdinan pun menghampiri Nona yang masih menangis.
“saya minta maaf ya, besok kalau mamah saya memberi bekal saya akan janji mengganti roti kamu” ucap ferdinan sembari menyodorkan tangan pada Nona
“iya” ucap Nona singkat namun masih terdengar isakan
“yaudah, sekarang Nona berhenti menangis ya. Kita mulai pelajarannya” ucap Bu Guru kembali ke mejanya
Mulai saat itu mereka jadi berteman.

*flashbackoff*


Akhirnya Nona pun teringat seseorang, yang ia kenal sejak Sekolah Dasar. Ferdinan, sahabat kecilnya. Tiba-tiba Nona tersenyum ketika mengingat sahabat kecilnya itu. Mengingat hal-hal yang pernah mereka lalui sejak SD maupun SMP. Kenangan saat SD mereka selalu bersaing untuk bisa menjadi juara kelas, kenangan saat kelulusan, serta kenangan saat hari-hari pertama mereka masuk di SMP yang sama, bahkan kenangan saat mereka harus menyesuaikan diri untuk berubah panggilan dari Saya-Kamu menjadi Gua-Elu karena menurut teman-temannya panggilan itu terlalu baku dan biasa digunakan oleh orang pacaran. Satu demi satu kenangan itupun memenuhi otaknya. Membuat senyumnya terus merekah dari bibirnya. Ia pun mengetikan balasan pesan tersebut.

Me
Ini siapa ya?

Ia memutuskan untuk tidak asal menebak.
Tak lama ia pun mendapat balasan.

08979063XXX
Orang paling ganteng yang pernah kamu kenal :D

Pesan tersebut membuat Nona semakin yakin bahwa itu adalah sahabat kecilnya. Karena Ferdinan memang selalu mengatakan bahwa dia adalah cowok terganteng di dunia.

Me
Punya nama?

08979063XXX
Punya lah,  tebak dong
                                    
Me
Gimana mau nebak ga ada clue apa-apa

08979063XXX
Masih galak aja, saya Ferdinan. Inget?

Ternyata benar tebakan Nona. ‘anak itu apa kabar ya?’ fikir Nona dalam hati.

Me
Inget

08979063XXX
Masih marah yah sama saya?

Nona terkesiap membaca pesan itu. Dia baru ingat, bahwa hubungan antara Nona dan Ferdinan terakhir tidaklah baik. Terakhir Nona marah besar pada Ferdinan.

*flashback*

Telah satu minggu ini Ferdinan tidak masuk sekolah. Meskipun Nona beda kelas dengan Ferdinan namun ia bisa mengetahui bahwa Ferdinan telah satu minggu ini tidak masuk dari teman-temannya yang satu kelas dengan Ferdinan.
Saat berniat ingin cerita ke Ferdinan tentang pengumuman bahwa dia akan dikirim untuk perlombaan siswa berprestasi tingkat Kota, Nona menanyakan keberadaan Ferdinan saat itu pada Dinda temannya yang juga satu kelas dengan Ferdinan.

“hallo din, Ferdinan ada dikelas gak?” tanya Nona saat bertemu Dinda di depan kelasnya
“jadi lu gak tau na, Ferdinan udah satu minggu gak masuk. Emang dia gak bilang sama lu?” pernyataan Dinda tadi membuat Nona terkejut dan bertanya-tanya
“loh, enggak din. Emang dia kenapa?” tanya Nona pada Dinda
“gak ada keterangan non” jawab Dinda
“ohgitu, thanks ya din”
“iya na”

Nona masih tak percaya dengan informasi tentang sahabatnya itu. Setahu dia, Ferdinan adalah anak yang paling anti dengan bolos. Dia termasuk anak rajin dan sangat senang bersaing mengenai pelajaran. Namun kini, ia telah tidak masuk sekolah selama satu minggu tanpa keterangan dan tanpa memberi kabar padanya. Nona sangat kesal saat itu. Ia berniat mendatangi rumah Ferdinan pulang sekolah nanti.

Sore ini, Nona telah berada dirumah Ferdinan. Namun yang dituju sedang tak ada dirumah. Ini sudah pukul 6 sore dan Ferdinan belum juga pulang, orangtuanya sejak pagi tidak ada dirumah. Sehingga rumah itu nampak kosong. Berhubung Nona sedang kesal dan sangat ingin bertemu Ferdinan, ia rela menunggu hingga larut malam. Sebelumnya ia telah menghubungi Ibunya bahwa ia sedang di rumah Ferdinan. Jam 9 malam, Nona masih setia menanti kedatangan Ferdinan. Ia heran mengapa Ferdinan bisa berubah sangat drastis seperti ini. Lalu tak lama, Ferdinan pun pulang dan langsung menghampiri Nona.
“Nona, ngapain kamu disini?” tanya Ferdinan kaget dengan keberadaan sahabatnya diteras rumahnya. Lebih parahnya ia masih mengenakan seragam sekolah.
“lagi nungguin TKI pulang” jawab Nona kesal
“maksud kamu apaan sih? Udah sana pulang! Udah malam dan baju kamu besok masih dipakai tuh” Ferdinan berusaha menghindar dan menyuruh Nona pulang.
dasar gak tahu diri, udah ditungguin dari sore eh giliran udah datang malah ngusir’ gumam Nona dalam hati
“kamu tuh kenapa sih nan? Kok gak masuk sekolah?” tanya Nona mulai menginterogasi
“saya lagi ada urusan” Ferdinan mencoba menghindari tatapan Nona
“urusan apa? Jam segini baru pulang? Gak biasanya kamu rela bolos demi satu urusan” ucap Nona. Matanya mencoba menerawang mata Ferdinan. Mencari celah kebohongan Ferdinan
“penting” lagi-lagi Ferdinan menjawab dengan singkat
“kamu gak usah bohongin saya nan. Saya kenal kamu udah dari SD jadi saya tahu kamu bohong. Kamu gak mungkin rela bolos demi satu urusan.”
Ferdinan terdiam. Air muka nya memancarkan kelelahan dan kekecewaan.
“kamu ada masalah? Cerita sama saya nan” Nona mencoba meraih tangan Ferdinan. Mencoba mentransfer kehangatan pada Ferdinan.
“saya mau berhenti sekolah, na”
“apa? Kamu jangan bercanda nan. Sekolah itu penting. Sekolah adalah jembatan kita untuk bisa meraih mimpi kita. Jadi gausah ngawur mau berenti sekolah deh” nada bicara Nona mulai meninggi. Nona mencoba menyadarkan sahabatnya bahwa dia punya mimpi.
“percuma na, orang yang mau saya buat bangga dengan mimpi saya udah ga perduli” ia terus menunduk. Nona mulai menangkap apa masalah sahabatnya
“maksud kamu apa sih nan? Ibu dan ayah kamu masih ada” Nona merubah nada bicaranya. Ia menghampiri sahabatnya.
“mereka cerai na. Dan sekarang mereka udah masing-masing. Gak ada yang perduli sama saya. Jadi daripada saya percuma menghabiskan waktu saya untuk mengejar mimpi-mimpi saya sedangkan saya tidak tahu siapa yang akan bangga jika saya meraih semuanya” ucapnya lirih namun Nona masih dapat mendengarnya
“kamu punya saya nan. Kamu sahabat saya, kamu dan saya punya mimpi yang sama. Saya akan jadi dokter yang hebat dan kamu juga akan jadi arsitek yang hebat juga nan. Percaya sama saya, itu bukan jalan yang terbaik” Nona mencoba menggenggam bahu Ferdinan yang lebih tinggi darinya, memaksa mata Ferdinan menatap matanya.
“maaf, aku gak bisa na. Aku mau mencoba realistis, ini kenyataan hidupku sekarang.” Ferdinan menghindari tatapan sahabatnya itu
“kamu bukan realistis tapi kamu menyerah. Kamu telah dikalahkan sama masalahmu sendiri.” Nada bicara Nona kembali meninggi
“menyerah dan realistis itu beda tipis. Seperti yang dikatakan Keenan di novel favoritmu, Perahu Kertas” Nona kembali terkesiap mendengar kata-kata Ferdinan. Dia memang sahabat terbaik Nona. Bahkan dia tahu novel yang sedang disukai olehnya. Tapi kini aku kehilangan sosok dia yang bersemangat. Kini dia benar-benar telah dikalahkan oleh masalah-masalahnya.
“saya kecewa sama kamu nan. Penilaian saya tentang kamu ternyata salah besar” Nona meninggalkan Ferdinan sendiri. Nona sudah kehabisan kesabaran. Ferdinan telah berubah menjadi sosok keras kepala.

*flashbackoff*

Setelah kejadian tersebut, Nona benar-benar kehilangan sosok sahabatnya. Kini Nona telah menjadi anak kelas 3 SMA di salah satu SMA favoritnya dan Ferdinan sejak masih SMP. Nona masih dengan semangat yang utuh untuk menjemput mimpinya meskipun tak bersama Ferdinan. Namun Ferdinan telah asik dengan dunia bisnis yang ia tekuni selama ini. Pada dasarnya ia memang cerdas sehingga dengan mudah untuk menyusun kepingan-kepingan nya yang telah hancur karena masalah keluarganya.
Nona membalas pesan dari Ferdinan. Kini nama contact Ferdinan telah berubah.

Me
Marah? Marah kenapa?

Ferdinan
Saya minta maaf. Besok bisa ketemu? Di mamake ya, masih inget kan? Jam 10

Me
Gak janji

Ferdinan
Please ya, kecil ;)

Me
Aku sudah besar

Ferdinan tak membalas. Sebenarnya Nona sangat ingin bertemu dengan sahabatnya itu.


Pagi ini Nona bangun lebih pagi. Jam 7 ia telah selesai mandi dan sedang memilih-milih pakaian yang terasa cocok untuk bertemu dengan Ferdinan. Ia ingin terlihat lebih dewasa agar tak dianggap kecil lagi sama Ferdinan. Saat pukul setengah 10 Nona berangkat ke tempat yang dituju, yaitu mamake. Warung kecil yang menjadi tempat menunggu jemputan mereka saat masih SD. Saat ini ia mengenakan kaos putih yang ditutup jaket jeans berwarna biru dan jeans putih pendek diatas lutut, serta dengan kupluk berwarna senada dengan jaketnya. Setelah sampai, Nona melihat sekeliling tempat itu. Telah hampir 4 tahun ia tak mengunjungi tempat itu. Kini, warung sederhana mamake telah berubah menjadi sebuah cafe sederhana dan disekitarnya kini telah terdapat banyak pepohonan yang rindang, membuat tempat itu terasa sejuk dan nyaman. Nona masuk ke tempat itu lalu melihat siluet seseorang yang masih sangat ia kenali. Tubuhnya yang tinggi dan rambutnya yang sedikit gondrong membuat ia terlihat berbeda dari 6 tahun yang lalu saat mereka berdua menunggu jemputan sekolah.
“hai” sapa Nona
“Nona.... “ Ferdinan tak percaya bahwa gadis didepannya ini adalah sahabat kecilnya dulu. Ia langsung menarik Nona kedalam pelukannya. Ia meridukan anak kecil satu ini. Nona pun merasakan kenyamanan yang lama tak ia rasakan. Pelukan Ferdinan terasa begitu hangat.
“apa kabar na?” tanya Ferdinan membuka pembicaraan lagi
“baik. Kamu?” tanya Nona balik
“alhamdulillah. Kamu masih kecil juga ternyata” Ferdinan tersenyum penuh arti
senyumannya.menyejukkan’ fikir nona
“saya sudah besar sekarang” Nona tidak mau terus-terusan dianggap kecil
“tapi tinggimu masih seperti anak kecil”ledeknya
“saya mengerti kamu memang tinggi, tapi saya lebih dewasa dari kamu” Nona membela diri
“tahu dari mana saya belum dewasa?”
“cara mu mengambil keputusan itu melambangkan kamu belum dewasa”
“kamu masih marah sama saya ?”
“marah? Tidak”
“saya mengaku salah. Waktu itu saya tak bisa menahan emosi saya. Sehingga keputusan yang  saya ambil tanpa saya fikir terlebih dulu”
“penyesalan memang selalu datang belakangan”
“tapi saya tidak merasa menyesal”
“kamu bukan Ferdinan yang saya kenal dulu”
“saya masih sama seperti sahabat kecilmu dulu”
“tidak. Ferdinan yang saya kenal punya mimpi yang begitu besar, bukan seseorang yang mudah menyerah”
“saya masih Ferdinan yang dulu, percaya lah. Meskipun saya tidak dapat menggapai mimpi saya menjadi arsitek tapi sekarang saya telah memiliki mimpi baru”
“apa?”
“saya sedang menjalani bisnis di bidang kuliner na”
“restaurant?”
“ya semacam itu, pembuatan gedungnya saya sendiri yang menjadi arsiteknya. Jadi masih berfungsi mimpi saya dulu”
“semoga kamu sukses dengan pilihanmu”
“amin. Semoga kamu juga yah kecil” Ferdinan mengacak rambut Nona yang keluar dari kupluknya
“semoga kita tidak berpisah lagi yah kecil” ucapnya memeluk Nona dengan erat. Seakan tak ingin kehilangan sahabat kecilnya itu.


Sejak pertemuan itu Nona dan Ferdinan menjadi sahabat kembali. Beberapa kali mereka bertemu da mengenang kenangan-kenangan semasa kecil mereka. Tanpa disadari, sesuatu yang bebas seakan tak bisa lagi mereka nikmati seperti dulu. Sekarang mereka tak dapat lagi berkejar-kejaran seperti saat mereka kecil. Sekarang tak hanya canda tawa yang hidup diantara mereka, tetapi kini perasaan ikut serta dalam setiap detik kebersamaan mereka. Perasaan mereka mulai berani bicara. Menjaga perasaan temannya itu sangat penting.



Saat malam hari, Nona sedang asik dengan kegiatannya menghitung bintang. Ia terpesona dengan keindahan yang dimiliki bintang. Keindahannya tak ada yang dapat menandingi. Disaat asik menghitung bintang di terasnya, ponsel Nona berdering. Nomor tak dikenal menelponnya. Ragu Nona mengangkat telepon tersebut.
“hallo, dengan siapa ya?” sapa Nona ramah
“saya Ferdinan, kecil” jawabnya  sambil tertawa renyah
“pakai nomor siapa kamu?”
“ini nomor pacar saya, kami sedang tukar pakai”
Nona terdiam mendengar pernyataan Ferdinan. Hatinya seakan tersayat pisau tajam. Ada perasaan aneh yang menyerang hatinya. Sesak dan ingin berontak.
“ooh , ada apa nan?” meskipun mencoba membuat suaranya sebiasa mungkin namun masih sedikit bergetar
“kamu kenapa na? Lagi nangis ya? Kok suaramu bergetar?” tanya Ferdinan khawatir
“tidak nan, saya lagi sedikit flu jadi mungkin terdengar aneh”
Ferdinan tak langsung percaya. Ia mengenal betul sahabat kecilnya itu.
“kalau ada masalah saya akan selalu ada untuk kamu na”
“makasih nan”
‘klik’ telpon pun ditutup.
Air mata Nona tak dapat lagi dibendung. Iya menangis disaksikan ribuan bintang. Menangis tanpa tahu apa penyebabnya. Hati dan otak nya seakan memerintahkan matanya untuk menangis. Dadanya terasa sesak .
“Kakak, masuk sudah malam” suara mamah menyadarkan Nona dari lamunanya. Dengan gerakan cepat Nona menghapus airmatanya. Lalu masuk ke dalam kamarnya. Dikamar, ia masih tak dapat menahan sakitnya yang terasa begitu pilu. Aku tak mengerti mengapa airmata ini tak dapat tertahan. Mengapa perasaan ini terus bergejolak. Mengapa saat mengetahui Ferdinan memiliki kekasih hati ada rasa tak terima. Mengapa  dan mengapa. Pertanyaan terus menghantui fikiran Nona. Apa kini ia mencinta i Ferdinan? Tapi ini semua tak boleh terjadi. Dia sahabatnya. Sahabat kecilnya. Nona akan merelakan perasaannya terus menguap dan menghilang  dibanding harus kehilangan sahabatnya untuk kedua kalinya.

Hari ini tak sengaja Nona bertemu Ferdinan di salah satu supermarket. Setelah beberapa hari ia mencoba menghindari sahabatnya.

“hai kecil, kemana saja?” sapanya lalu merangkul Nona
“ada, aku duluan yah nan” Nona langsung lari meninggalkan Ferdinan yang masih terpaku. Tak mengerti mengapa Nona seperti menjauhinya.

Setelah pertemuan itu, Nona memutuskan untuk tinggal sementara dirumah tantenya di Bandung. Ia ingin menghindari Ferdinan, sampai perasaannya kembali normal.
Ferdinan merasakan kehilangan sahabatnya itu, dua minggu ini sahabatnya tak bisa dihubungi. Lalu ia memutuskan untuk mendatangi rumah sahabatnya itu.
“permisi tante” sapanya pada Ibu Nona
“hey nak Ferdinan. Apa kabar?”
“baik tante, boleh tanya. Nona nya ada tan?”
“Nona sedang ingin sendiri”
“tapi kenapa tan? Dia tidak bercerita apapun kepada saya.”
“dia tidak mungkin bercerita ke kamu. Karena ini semua ada hubungannya dengan kamu” kata-kata ibunya Nona membuat Ferdinan kebingungan.
“berhubungan dengan saya tan? Kalau boleh tau, apa?”
“dia mencintaimu nan”
“apa tan?”
“iya, dia mencintaimu. Dia menghindari mu karena takut perasaannya merusak persahabatan kalian”
“yaampun Nona...” ucap Ferdinan berbisik
“Kalau boleh tau, Nona ada dimana sekarang tan?”
“di Bandung, dirumah tantenya.”
“boleh saya minta alamatnya tan?”
“sebentar”
Lalu Ibu Nona memberikan secarik kertas pada Ferdinan.


Tak ingin membuang waktu, Ferdinan langsung mengendarai mobilnya menuju Bandung. Setelah kuranglebih 5jam ia sampai di Bandung. Ferdinan berjalan menuju rumah sederhana tempat tinggal tantenya Nona.
“permisi” ucapnya sambil mengetuk pintu
“iya, ingin mencari siapa ya?” tanya seorang wanita yang tengah hamil tua
“Nona ada disini yah tante?” tanya Ferdinan. Sepertinya wanita hamil itu adalah tantenya Nona.
“ada, dia sedang menyendiri dikamar. Sejak kemarin tidak mau diganggu” jelas tantenya Nona
“boleh saya masuk tan?” tanya Ferdinan dengan nada memohon.
“silahkan” Tantenya Nona mempersilahkan Ferdinan masuk.
Lalu Ferdinan menangkap siluet  yang sangat ia kenal. Nona sedang duduk menghadap langit yang telah diramaikan oleh bintang-bintang.
“kecil” sapa Ferdinan hangat
Nona terkejut dengan suara yang sangat ia kenal itu. Ia menoleh dan mendapati sosok Ferdinan yang berjalan mendekatinya.
“kamu, ngapain disini?” tanya Nona menahan airmatanya agar tidak menetes
“saya kehilangan kamu” ucapnya lembut
“saya sedang butuh waktu untuk sendiri” ucap Nona. Ia tak sanggup lagi melihat laki-laki yang sedang ia cintai
“saya sudah tahu semuanya”Nona pun terkesiap dan mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk.
“saya tahu kamu mencintai saya kan?”
“ka kamu tenang, saya hanya butuh waktu untuk membunuh perasaan itu” Suara Nona terdengar bergetar dan terbata-bata
“untuk apa dibunuh?” tanya Ferdinan dengan nada yang begitu tenang
“perasaan ini sangat aneh. Tak wajar” ucap Nona terbata
“kenapa tak wajar? Saya juga mencintai kamu na” ucap Ferdinan sangat lembut. Ia mencoba meraih tangan Nona namun  dengan cepat Nona menepisnya
“kamu tak perlu kasihan. Dan kamu tak perlu memikirkan perasaan saya” air mata Nona yang sedari tadi ditahan akhirnya mengalir indah dipipinya. Ferdinan menghapus airmata dipipi Nona.
“kamu tak perlu berusaha membunuh perasaan itu. Biarkan perasaan itu tetap ada dihatimu. Selamanya”
“tapi kita sahabat nan”
“memangnya kenapa kalau kita sahabat?”
“saya tidak ingin menghancurkan persahabatan kita, nan”
“kenapa harus dihancurkan? Persahabatan kita akan tetap abadi untuk selamanya. Biarkan cinta antara kita menjadi penyempurna persahabatan kita”
“tapi...... “ ucap Nona menggantung
Seakan mengetahui arti tatapan mata Ferdinan, Nona melanjutkan perkataannya.
“pacarmu..” airmuka Nona semakin lesu
“sudah putus”
Entah mengapa, kini senyum Nona sedikit terukir dibibirnya.
“stop! Kayak gini terus dong” kata Ferdinan sambil menahan senyum di pipi Nona dengan memegang pipinya.
“kamu...” Nona berubah menajdi tersipu
“kecil, saya mencintai kamu, saya sayang sama kamu. Saya selalu takut kehilangan kamu. Sekarang, kamu jangan membunuh rasa cinta kamu ke saya ya? Untuk selamanya” Ferdinan mengelus pipi Nona dengan penuh sayang. Lalu mengecup kening Nona.
Nona tak dapat berkata apapun. Ia tak percaya, Tuhan begitu baik padanya. Sahabat yang ia sangat sayangi sejak kecil merangkap menjadi seseorang yang sangat ia cintai saat ini.
“I LOVE YOU, Kecil”
“I LOVE YOU TOO”

    --------END---------




-DYS-
Twitter : @dwiyuliant_

Rabu, 15 Mei 2013

"Cowok Misterius"




Diovi
                Hari senin selalu menjadi hari yang melelahkan. Pagi-pagi saat semua orang masih menguap dan masih ingin bersembunyi di balik selimut serta berkutat dengan mimpi, kami harus mengikuti upacara bendera dan bermandikan keringat tepat pukul tujuh pagi yang amat menyengat. Ini adalah salah satu kewajiban kami seorang pelajar. Mau tidak mau kami harus merelakan dan harus tetap setia mengikuti kegiatan yang melelahkan tersebut.
                Pagi ini aku benar-benar tak rela harus bangun. Mimpi malam ini terasa sangat indah dan sangat tidak ingin aku hentikan. Namun cahaya matahari yang menembus tirai dikamarku membuat ku terpaksa membuka mata.
MONsterDAY!!
Saat melihat jam aku pun langsung terseok-seok mengambil handuk, lalu berjalan ke kamar mandi. Setelah beberapa menit aku pun telah siap dengan seragam putih-abu ku. Seragam putih lengan panjang yang lebih sering aku gulung serta semua atribut lengkap yang diwajibkan dipakai setiap hari senin.  Tas biru tua pun telah dengan cantik menggelantung dipunggung ku. Baru beberapa langkah aku keluar kamar lalu aku kembali ke dalam kamarku. Ada satu yang terlupa, aku belum menyisir rambutku. Aku memang bukan gadis yang sangat memperhatikan penampilan atau terkesan cuek tetapi tak mungkin aku ke sekolah dengan rambut berantakan seperti ini. Aku menyisirkan rambutku asal dan menyemprotkan parfume di seragamku. Lalu aku pun berlari menuruni anak tangga dan mengambil sandwich yang telah disiapkan mamah lalu berlari memasuki mobil.
“ Mah, opi berangkat ya. Assalamualaikum” pamitku sedikit berteriak
Setelah kurang lebih dua puluh menit aku pun sampai disekolah. Tepat pukul tujuh kurang lima menit, akhirnya pagi ini aku bisa lolos dari babeh ( panggilan untuk satpam disekolahku ) dan guru BP.  Lalu akupun menuju ke kelas untuk menaruh tas dan langsung merapat ke lapangan karena upacara akan segera dimulai.
Akhirnya upacara pun selesai. Matahari pagi ini tak malu-malu memancarkan sinarnya. Keringat pun tak dapat ku cegah untuk terus menjalar ditubuhku dan membasahi bajuku.
“ Lo kenapa? Jangan bilang belum sarapan terus lo mau pingsan” Riko menatapku khawatir
“kalo gue pingsan lo pasti gendong gua ke UKS kan?” jawabku jail
“tenang, nanti lo gua gelindingin sampe UKS oke?” jawabnya kesal
“ Haha tenang rik, gua kan sobat lo yang paling strong kan? Gak ada ceritanya gua pingsan pas upacara”
“iya iya, lo kan jelmaan ya. Makanya gak jelas, cewek kok sifatnya kayak cowok”
“sial lo rik” aku pun mendengus kesal dan mengejar Riko yang langsung kabur setelah meledekku jelmaan.
Riko, dia adalah sahabat dekat ku sejak SMP. Aku mengenal dia sejak kelas 2 SMP. Awalnya dia pendiam sekali namun setelah kami mulai mengenal ternyata jauh dari perkiraan, dia cowok terjail dan terheboh yang pernah aku temui. Dibalik diam nya ternyata dia memiliki kepribadian ganda, dikelas terlihat pendiam sekali namun ketika keluar kelas dan ketika berkumpul dengan sahabatnya sifat gila nya pun keluar. Namun dia termasuk sahabat yang paling mengerti aku. Dia selalu tahu ketika aku sedang ada masalah tanpa aku harus bercerita kepadanya.

Riko

                Senin pagi memang menjadi hari yang paling dibenci seluruh pelajar di Indonesia. Termasuk sahabatku yang satu ini, Diovi. Dia sangat amat membenci hari senin, karena hari senin ia harus merelakan beberapa menit waktu tidurnya.
Setelah upacara selesai, aku melihat wajah sahabatku ini pucat pasi sepertinya dia tak sempat sarapan pagi ini. Aku pun menanyakan keadaannya. Namun niat pengin serius eh dia malah bercanda. Dasar cewek jelmaan. Aku pun balik meledeknya.
Diovi, atau lebih tepatnya Opi. Dia bilang dia lebih suka dipanggil opi, lebih simple katanya. Dia gadis yang sangat cuek dengan penampilannya. Setiap sekola, lengan kemeja putihnya selalu di gulung, rambutnya hanya disisir asal, serta tak sedikitpun polesan bedak diwajahnya. Selain cuek dia juga termasuk yang tak pernah memperdulikan urusan percintaannya, bahkan dia belum sekalipun pacaran. Hello, jaman dimana cinta teramat penting bagi semua orang dan bahkan banyak yang galau karena cinta atau karena tak bisa move on dari mantan masih ada gadis 16 tahun yang belum mengenal cinta sekalipun. Segitu cueknya dia sehingga membuatnya jomblo seumur hidupnya.


Diovi

“eh rik, semalam gua mimpi indah loh” ungkap ku antusias ingin menceritakan semua mimpi ku pada Riko.
Kami memang selalu bercerita tentang apapun itu. Namun belum sempat aku memulai ceritaku terdengar ketukan pintu dan ternyata wali kelas kami lah yang datang. Tiba-tiba kelas menjadi ramai semua heboh dengan perbincangan mereka masing-masing.  Ada apa? Tidak biasanya anak satu kelas berani berisik saat bu Irma walikelas ku ada didepan kelas. Aku yang sedari tadi fokus dengan novel bacaan ku pun mulai berpaling dan melihat ke pusat perhatian anak-anak. Ternyata anak baru disebelah bu Irma lah penyebab keramaian. Cowok yang tinggi, putih, dan tampan tersebut membuat seluruh kelas, cewe terutama mengeluhkannya.
“ selamat pagi anak-anak. Ibu akan mengenalkan pada kalian, anak baru dari  Surabaya bernama Adrian. Adrian silahkan perkenalkan diri kamu” Bu Irma pun mempersilahkan Anak baru itu memperkenalkan diri.
“ nama gue Adrian ferdinan. Gua pindahan dari Surabaya” ucap Adrian sangat amat cuek.
silahkan Adrian kamu duduk di tempat yang kosong”
“iya bu, makasih”
Anak baru itu pun berjalan kearah ku. Aku tak sedikitpun berharap ia memilih tempat duduk disebelahku. Karena sebenarnya ini adalah tempat duduk sahabatku Sasa yang sedang sakit dan tak bisa masuk sekolah untuk beberapa minggu. Tiba-tiba ia melirik kearahku.
“gue duduk disini ya” ucapnya tanpa basa-basi lalu meletakkan tasnya diatas meja.
“jangan, ini tempat duduk temen gue” jawabku menolak
Ia mengarahkan tatapannya ke arah pintu. Seperti mengetahui apa yang ia fikirkan aku pun langsung menjawab. “dia lagi sakit jadi ga masuk”
“yaudah gua duduk disini sampai dia masuk” jawabnya cuek
Ihh. Sok banget sih anak baru ini. Sok cool, nyebelin, keras kepala lagi. Cewek-cewek lain boleh suka sama dia tapi aku? Amit-amit deh. Cowok dingin dan sok keren kayak gini apa bagusnya coba.
Selama pelajaran berlangsung tak sedikitpun ia membuka mulut untuk sekedar menyapa. Sepertinya dia lebih pantas dijuluki ‘ Ice man ’ terlalu dingin bagaikan es. Aku pun tak ada niat untuk menyapa dia terlebih dahulu, berbeda dengan gadis-gadis lain yang terus memperhatikan cowok dingin disampingku ini. Apa istimewanya dia?



Mulai hari itu setiap sebelum masuk sekolah , jam istirahat, bahkan setelah bel pulang kelas ku jadi ramai dan selalu dipenuhi cewek-cewek kelas sebelah. Sampai-sampai aku harus mengungsi ke tempat lain karena tempat duduk ku telah di penuhi cewek-cewek yang mencoba akrab dengan cowok dingin tersebut. Karena ku tahu pasti akan mengungsi jadi aku memilih datang beberapa menit sebelum bel masuk. Namun tetap saja, setelah bel masuk aku tetap tak bisa duduk dengan leluasa di kursiku karena meja ku dipenuhi dengan kue-kue,coklat, juga benda-benda yang dihadiahi cewek-cewek untuk Adrian si ice man. Padahal yang aku lihat dia tak sedikit pun merespon cewek-cewek yang ingin berkenalan dengannya, malah pernah aku melihat ia sedang membentak Nia yang pagi itu mencoba memberikan kue untuk Adrian. Matanya yang tajam dan nada bicaranya yang amat sangat keras membuatku merasa takut berada di dekatnya. Dimataku dia adalah seorang yang tidak hanya dingin melainkan kejam.
“ Gue gak suka sama cewek lebay kayak gitu “ ucapnya dengan nada sedikit mengeras. Aku pun langsung panik dan ketakutan karena aku ada disamping dia. Bisa-bisa aku kena bentak juga lagi.
ya ya yaudah, gua kan ga ada hubungannya sama cewek-cewek itu. Kenapa lo ngebentak gue?”  nada bicara ku sedikit bergetar. Meskipun aku terkenal cuek tapi aku paling tidak bisa dibentak.
Tiba-tiba dia menatapku, sepertinya dia mulai sadar bahwa aku sangat amat takut. Namun matanya yang tajam membuatku semakin takut. Lalu dia tersenyum dan mempalingkan wajahnya dariku.
“woy semuanya, ambil nih barang-barang yang ada dimeja gue. Semuanya buat kalian” dia berteriak membagi-bagi semua barang yang diberikan cewek-cewek untuknya.
‘ ini cowok ternyata sangat gak punya perasaan’ gumamku

Mulai saat itu, aku jadi takut duduk disampingnya. Namun sangat tidak mungkin jika aku yang mengalah dan pindah tempat duduk. Kan aku duluan yang duduk disini. Aku mencari cara untuk bisa mengusir dia dari tempat duduk sasa. Cara satu-satunya adalah Sasa kembali sekolah agar bisa mengusir cowok menyeramkan itu, namun Sasa masih harus menjalankan pengobatannya hingga beberapa bulan kedepan. Itu artinya, aku harus rela duduk dengan jelmaan sumanto yang amat menyeramkan.


Adrian
Semenjak kepindahan ku di sekolah ini, tak jauh berbeda dengan sekolahku yang lama. Cewek-cewek lebay yang selalu mengelilingiku. Memberiku ini itu, mengikutiku kemanapun aku pergi. Aku tak suka keadaan seperti ini, mengganggu dan risih. Beruntung, aku tak salah memilih tempat duduk. Cewek disampingku ini berbeda dengan cewek lainnya. Ia bahkan tak sedikit pun melirik kearahku. Akhir-akhir ini aku rasa dia ketakutan karena melihatku membetak salah satu cewek dari kelas sebelah. Mungkin dia adalah tipe cewek yang tidak bisa dibentak. Aku rasa dia sedang mencari cara untuk memintaku pindah dari tempat dudukku saat ini.
Saat jam istirahat, tiba-tiba dia mengajak ku bicara. Setelah dua minggu kami bersebelahan tempat duduk kami sangat jarang bahkan bisa dihitung berapa kali kami membuka suara.
“ boleh gue ngomong?” ucapnya membuka pembicaraan
“apa?” jawabku
dari awal gue kan pernah bilang sama lo, kalo ini tempat duduk sahabat gue, Sasa. Jadi sekarang gue boleh minta lo pindah ga? Di belakang dan disebelah kanan sana kan juga kosong” dia berbicara dengan hati-hati.
sahabat lo kan belum masuk, kenapa gue harus pindah?”
..... karena lo kan belum dapet ijin dari sahabat gue jadi ga bisa seenaknya duduk disini” sepertinya dia benar-benar takut padaku
oke, kalo gitu pulang skolah lo harus temenin gue ke rumah sakit sahabat lo. Gue mau minta ijin” aku pun langsung meninggalkannya dan menuju kantin.


Diovi
Hari ini aku memutuskan untuk berkata jujur pada Adrian untuk segera pindah dari tempat duduk sahabatku,  Sasa. Namun sepertinya aku benar-benar takut padanya sehingga aku memberikan alasan yang tak masuk akal.
“ boleh gue ngomong?” ucapku membuka pembicaraan
“apa?” jawabnya singkat
dari awal gue kan pernah bilang sama lo, kalo ini tempat duduk sahabat gue, Sasa. Jadi sekarang gue boleh minta lo pindah ga? Di belakang dan disebelah kanan sana kan juga kosong” aku berbicara dengan yakin meskipun sebenarnya aku sangat takut
sahabat lo kan belum masuk, kenapa gue harus pindah?”  arggghh menyebalkan. Apa susahnya sih tinggal pindah aja. Gerutu ku dalam hati
..... karena lo kan belum dapet ijin dari sahabat gue jadi ga bisa seenaknya duduk disini”  aku mulai ketakutan dengan tatapannya yang tajam seperti ingin memangsaku sekarang juga. Sehingga aku memberi alasan yang tak masuk akal.
oke, kalo gitu pulang skolah lo harus temenin gue ke rumah sakit sahabat lo. Gue mau minta ijin” jawabnya dan langsung meninggalkanku.
Sial! Cowok nyebelin. Apa susahnya sih tinggal pindah aja. Terpaksa deh aku harus mengantarnya nanti ke rumah sakit Sasa dirawat. Aku tak tahu bagaimana nasibku nanti pulang sekolah.

Saat pulang sekolah aku ingin kabur saja rasanya. Mencari-cari keberadaan Riko agar bisa membawa ku kabur dan menggagalkan rencana Adrian yang ingin mengajakku ke rumah sakit tempat sasa dirawat. Namun, sepertinya aku benar-benar sial hari ini. Bukannya Riko yang kudapati tapi Adrian lah yang menghampiriku dengan mobil jeep nya.
“masuk” katanya jutek
“e e e gue ada tugas mendadak , jadi kapan-kapan aja ya” ungkapku gugup. Bukan gugup sebenarnya tapi takut. Jika aku dibunuh tiba-tiba dijalan kan tak ada yang tahu.
“gak usah alasan. Cepet masuk!”
“i i iya”
Sial cowok ini benar-benar menyeramkan. Terpaksa aku pun pasrah masuk ke mobilnya. Saat dimobil tak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya. Hening dan hening. Aku terus berkutat dengan fikiranku. Setelah beberapa saat, tiba-tiba mobil Jeep milik Adrian berhenti di jalan yang sepi. Astaga, jangan-jangan dia benar-benar ingin menghabisiku.
“lo tau kenapa dari awal gue milih duduk disamping lo?” ia pun membuka pembicaraan. Bukan kedinginan seperti biasa yang aku tangkap dari nada bicaranya, tapi kelembutanlah yang aku dapati
nggak, kenapa emangnya?”
“gue ngeliat lo itu beda sama cewek-cewek lainnya. Lo cuek, gak kecentilan dan gak lebay. Perlahan gue bisa ngilangin bayangan kejadian itu setip gue deket lo. Karena setelah kenal lo, gua jadi yakin kalo ga semua cewe itu lemah” ucapnya lirih bahkan hampir tak terdengar.
kejadian? ” tanya ku takut-takut salah ngomong dan membuat dia kembali berubah jadi macan yang menyeramkan
kejadian dua tahun yang lalu, saat pacar gue meninggal. Gue sangat terpukul karena satu-satunya orang yang gua sayang harus ninggalin gue dan yang bikin gue semakin terpukul adalah penyebab kematiannya dia adalah gue”
Penyebab kematian? Jadi dia ini pembunuh? Dan jangan-jangan sekarang aku mau dijadikan korbannya yang selanjutnya. Perlahan aku mundur dan bergegas ingin membuka pintu mobil namun ‘hap’ tanganku ditangkap dan dia menahanku untuk tidak keluar dari mobilnya.
lo mau kemana? Setelah lo tau, lo mau ngejauh dari gue kan? Sama kayak yang lainnya” ucapnya lirih
elo ga mau ngebunuh gue kan? Darah gue ga manis loh sseriusan” jawabku panik atau lebih tepatnya ketakutan
Tiba-tiba tawanya pun meledak
jadi lo kira gue bakal bunuh lo dan makan daging lo gitu?”
“i i iyaaa, lo tadi bilang kan lo yang bikin cewek lo mati ,terus slama ini lo juga dingin banget kan, tapi tiba-tiba lo ngajak gue berduaan. Itu bukan artinya lo mau jadiin gue korban selanjutnya kan?” jawabku menunduk
“jadi lo ngira gue itu pembunuh? Lo itu gak Cuma  cuek tapi polos + bloon ya” ledeknya
sial, jadi sebenernya lo ini siapa? Trus kenapa cewek lo bisa mati karena lo?”
“ dia mati pas gue ajak balapan mobil. Gue kira dia itu cewek yang kuat seperti yang selalu dia tunjukin ke gue tapi ternyata dia lemah dan dia meninggal setelah gue ajak dia balapan .... ”  ungkapnya sangat lirih. Ada satu cairan bening yang mengalir  di pipinya.
“dulu gue emang suka banget balapan, dan gue sayang banget sama cewek gue makanya gue gak nyangka kalo ternyata gue malah nganterin dia ke kematian”lanjutnya
kematian itu cuma Tuhan yang tau Ian. Lo gak bisa nyalahin diri lo sendirian karena semua udah digariskan Tuhan” Aku mencoba menenangkan dia yang sedikit tersedu. Ternyata cowok yang misterius ini punya cerita yang begitu memilukan.
tapi semua orang menyalahkan gue, keluarga cewek gue bener-bener nganggap gue penyebab kematian anaknya. Mereka gak mau liat gue lagi. Gue udah berusaha minta maaf ke mereka tapi mereka ga maafin gue. Kakak-kakaknya malah mukulin gue sampe babak belur. Gue bener-bener mengutuk diri gue sendiri, kalo boleh milih gue rela nuker dia dengan nyawa gue, gue pun pernah nyoba bunuh diri 2kali tapi semuanya gagal, gue masih hidup sampai sekarang”
“itu semua karena Tuhan sayang sama lo. Dan itu bukan cara untuk bisa nebus dosa lo. Sekarang lo harus bisa bangkit dan perlahan ngelupain masalah itu. Gue yakin, meskipun keluarga cewek lo belum bisa terima tapi cewek lo pasti ngerti kok kalo ini bukan salah lo”  ucapku mencoba menenangkan dan menepuk pundaknya perlahan
Tiba-tiba dia menatapku dan tersenyum.
“ maka dari itu, gue mau berubah dan gue percaya lo bisa buat gue ngelupain semuanya”
“maksud lo?”  aku mengernyitkan dahiku . tak mengerti dengan yang ia ucapkan
gue mau lo jadi cewek gue, untuk pura-pura. Biar cewek-cewek yang sering dateng ke kelas pada ngejauh. Gue capek dikejar-kejar terus, gue mau bebas dan perlahan ngelupain kisah kelam itu”
“ ..... tapi kenapa harus gue? “ tanyaku ragu
“lo beda sama yang lain. Itu alasannya. Sekarang gue harap lo mau bantu gue” ucapnya. Aku sedari tadi hanya bengong.
tapi lo tenang, suatu saat kalo lo nemuin cowok yang lo suka lo boleh pergi sesuka lo” dia tak mengalihkan pandangannya. Matanya mengunci mataku. Aku yang ditatap pun tak dapat mengalihkan pandanganku. Matanya yang tajam ternyata bisa melembut dan menghanyutkan.
“gue harap lo mau bantu gue ya”

Adrian

                Hari ini aku menceritakan semuanya kepada Diovi. Awalnya dia ketakutan karena mengira aku adalah seorang pembunuh, namun akhirnya aku menjelaskan semuanya. Sepertinya dia mengerti. Lalu aku memintanya atau lebih tepat memaksanya untuk menjadi pacar bohonganku agar cewek-cewek lebay disekitarku menjauh dariku. Satu lagi, entah kenapa aku yakin dia bisa membantu ku untuk berubah dan melupakan kejadian itu.

                Keesokan harinya aku menjemputnya kesekolah. Sekalian mengumumkan ke anak-anak disekolah bahwa kami adalah pasangan sekarang. Saat sampai dirumahnya ternyata dia belum bangun, dasar pemalas.


Diovi

Keesokan harinya

                Pagi ini rasanya berat sekali untukku membuka mata. Kejadian sore kemarin membuatku tak mau melewati hari ini.
“ Diovi, bangun. Udah dijemput tuh” teriak mamah
“siapa mah?” tanyaku kaget. Karena tak biasanya ada yang jemputku. Apa mungkin Riko menjemputku? Dalam rangka apa? .
“mamah gak kenal” jawab mamah
Aku pun langsung bersiap-siap dan setelah beberapa menit aku pun langsung keluar kamar dan aku terkejut saat melihat laki-laki yang menjemputku ternyata Adrian.
“ngapain lo?”
“jemput lo, gue kan pacar lo sekarang”
“BOHONGAN”
“haha iya iya, ayok nanti kita telat”
Dasar cowok es, udah maksa gue jadi pacar bohongannya eh bertingkah semaunya lagi.
mah, opi berangkat” pamitku
“tante, kami berangkat ya. Assalamualaikum” pamitnya. Sok sopan sok baik padahal aslinya nyebelin abis. Dia pandai sekali berakting.
Saat dimobil lagi-lagi keheningan lah yang terjadi. Sampai mobil Jeep milik Adrian sampai di parkiran sekolah barulah dia buka suara.
gue percaya sama lo”
Maksudnya apasih cowok ini. Dari tadi diam seribu bahasa, sekalinya ngomong aneh begitu. Dasar cowok misterius. Entahlah sudah berapa julukan yang aku berikan untuknya.
Kami pun turun dari mobil dan seketika semua mata yang sedari tadi menunggu kehadiran Adrian pun langsung menatap kearahku dengan sinis. Sepanjang koridor semua mata tertuju padaku.
“loh kok bisa si Opi satu mobil dengan Adrian?”
“kok bisa?”
Hingga sampai ke kelas pun banyak sekali yang membicarakan ku dan Adrian.  Sesampai dikelas cewek-cewek yang sedari tadi menunggu kedatangan Adrian pun kaget dengan kedatangan Adrian bersama ku.
“kok lo dateng bareng Diovi sih adrian?” tanya Nia, cewek kelas sebelah yang pernah dibentak oleh Adrian. Ternyata dia gak kapok dan masih berani mendekati Adrian.
“ sekarang, dia cewek gue” jawab Adrian
Semua mata pun kembali menatapku sinis. Seakan bertanya kok bisa ? kenapa harus dia? . Aku yang ditatap pun mencoba bertingkah sebiasa mungkin. Lalu Adrian menarik lenganku menuju tempat duduk kami. Perlahan cewek-cewek yang sedari tadi memenuhi kelas pun menjauh dan meninggalkan kelas.
berhasil” bisik Adrian

                Mulai hari ini Adrian pun selalu bertingkah manis kepadaku disekolah. Tapi  setelah itu, Cuma hening dan sifat dinginnya pun keluar. Saat di mobil pun sering sekali aku hanya di cuekin. Namun aku tidak dapat menuntut lebih karena status ku dengannya memang hanya bohongan.





Riko

                Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatku,Diovi. Tiba-tiba Adrian mengumumkan bahwa Adrian dan Diovi sudah pacaran. Bahkan Diovi tak pernah bercerita padaku kalau dia menyukai Adrian. Yang ku tahu, dia sangat tidak suka pada anak baru itu. Aku bersahabat dengannya bukan sehari dua hari jadi aku bisa dengan jelas melihat bahwa tak ada rasa suka apalagi cinta dimata Diovi. Sejak ia berpacaran dengan Adrian, seakan ada jarak antara kami. Setiap hari disekolah ia hanya berduaan kemana-mana dengan Adrian. Setiap bertemu aku ia hanya menyapa sesekali lalu berlalu seakan tak mengenal ku. Karena aku penasaran dengan perubahan sikap Diovi serta aku pun tak munafik bahwa aku merindukan sosok sahabatku yang gila dan cuek itu, akhirnya malam ini tepatnya malam minggu aku datang kerumah Diovi bersama Dilla sahabat SMP kami.

Sesampai dirumahnya, kami langsung di sapa oleh mamanya Opi. Kami memang lumayan sering main kerumah Opi jadi mamahnya seakan telah menganggap kami anaknya jadi langsung menyuruh kami masuk ke kamar Opi.

Diovi

Malam ini aku sedang menikmati  lagu-lagu dari Simple Plan, band favoritku. Tiba-tiba terdengar suara cempreng dari luar. Aku sangat mengenal suara itu, pasti Riko.
spadaaaaaaa” teriaknya tepat di depan pintu kamarku
opi nya gak ada” jawabku dari dalam
Riko pun masuk ke kamarku, ternyata dia tidak sendiri. Dia bersama Dilla, sahabat kami di SMP.
woy, cewek jelmaan” ledeknya sambil membaringkan tubuhnya di sebelahku.
apasih lo playboy cap kecap” jawabku balik meledeknya
eh Opi, mana cowok lo si Adrian? Masa iya orang pacaran malem minggu dirumah aja. Dia gak ngapel atau ngajak lo jalan gitu?” pertanyaan Dilla berhasil membuatku tersentak dan berusaha memutar  otak agar tidak mencurigakan.
“iya nih, kok aneh?” si Riko ikut-ikutan memojokanku
“ eh ehm si A Adrian lagi ada urusan makanya gak bisa kesini” jawabku terbata.
oh, Btw lo kok ga cerita-cerita ke gue sih kalo lo suka sama si Adrian?” tanya Riko
“ehm, iya gue malu ceritanya. Secara selama ini gue kan belum pernah pacaran”jawabku asal. Aku berbohong karena aku sudah janji kepada Adrian untuk tidak memberitahu siapapun.
dasar lo cewek jelmaan” ledek Riko lagi
eh, cerita dong. Udah berapa lama lo pacaran sama dia? Udah pernah ngapain aja?” tanya Dilla
Wajahku pun seketika memerah. Dilla memang jail setengah mati. Jam terbangnya dia dalam percintaan memang sangat banyak. Jadi wajar kalau dia menanyakan hal itu.
“maksud lo ngapain apa?” aku pun memilih pura-pura tidak mengerti, karena pada kenyataannya aku dan Adrian kan hanya pacaran bohongan. Sangat tidak mungkin melakukan hal-hal yang dimaksud Dilla. Lagian Adrian kan cowo es mana bisa romantis.
gausah pura-pura bego deh, walaupun lo belum pernah pacaran masa lo ga ngerti sih”
Aku mencoba mencari alasan yang tidak menyurigakan. Adrian memang sangat amat kejam, selain memaksaku untuk jadi pacar bohongannya ia pun memaksaku untuk tidak bercerita dengan siapapun, termasuk sahabat-sahabat ku.
secara ya Opi, Adrian itu keren dan kayaknya romantis gitu. Meskipun kalo disekolah jutek abis”
‘Gak hanya disekolah dia jutek, tapi dimana-mana juga emang kayak gitu’ gerutuku dalam hati
“woy jawab! Dia malah ngelamun” Dilla mulai tak sabar menunggu jawabanku
“eh ehm belum pernah ngapa-ngapain hehe” jawabku
“SERIUS??” dua pasang mata ini seakan ingin menerkamku
i iya, kenapa? Gue sih normal yah pacarannya. Gak kayak lo dill Overdosis” aku mencoba mengalihkan pembicaraan
“sial lo”


                Setelah kejadian malam itu, kenapa aku jadi kefikiran kata-kata Dilla. Bagaimana jika ada yang bertanya padaku, gimana kita pacaran, ngedate kemana aja, jadiannya gimana, dan aku harus jawab apa?
Pagi ini seperti biasa, dia menjemputku. Saat dimobil aku berniat membicarakan dengannya tentang hal itu.
Saat di mobil aku mencoba membuka mulutku dan mengajak dia membicarakan hal itu.
“gue boleh ngomong sama lo?”
“kenapa?”
“kita kan udah satu bulan pura-pura pacaran. Kalo tiba-tiba ada yang nanya kita jadiannya gimana, pacarannya gimana, dan ngapain aja ... ”
‘buk’ Tiba-tiba dia rem mendadak  dan berhasil membuat keningku terbentur dashbor mobilnya.
Adriaaaaaannnn, lo bisa bawa mobil ga sih? Jidat gue benjol nih”
Bukannya menjawab dia hanya menatapku. Aku yang ditatapnya pun hanya bisa menunduk karena takut, sepertinya aku salah ngomong barusan.
“e udah deh abaikan, cepet jalan lagi” ucapku mengalihkan pembicaraan. Karena kalau terlalu lama ia menatapku begitu bisa-bisa wajahku berubah merah, dan dia pasti menertawakanku abis-abisan.
lo bener juga, semuanya gue percayakan sama lo”
“maksud lo apaan sih?”
“gue percaya lo bisa karangin semuanya, nanti gue tinggal iyain aja”
“elo ya. Huh”
Dengan memasang wajah tak berdosa ia kembali melanjutkan perjalanan. Nyebelin banget sih nih cowok, bisanya nyusahin aja nih.
Saat disekolah aku pun terus mengelus-elus keningku. Berharap sang pelaku tersadar dan mau minta maaf saat melihat korbannya menderita. Namun, memang pada dasarnya dia ini cowok es, gak peka, jangankan minta maaf melirik aja tidak.

Hari ini Adrian sedang latihan basket jadi aku bisa bebas ke kantin bersama sahabat-sahabat ku. Setelah sekian lama aku harus terus-terusan disamping cowok misterius itu akhirnya aku bisa bebas menggila dengan sahabat-sahabat ku. Tadi mereka sudah ke kantin terlebih dulu, aku pun niat ingin menyusulnya tapi baru saja ingin melangkah tiba-tiba segerombolan cewek-cewek ‘pecinta’ Adrian datang menghampiriku dan memaksaku duduk kembali.
“apa-apaan nih?” tanyaku tak mengerti
gue masih gak percaya lo sama Adrian beneran pacaran. Secara, setiap malam minggu gue lewat rumah lo tapi gue ga pernah liat Adrian ngapel gitu dirumah lo” ucap Nia
kayaknya lo Cuma mesra disekolah kan? Di twitter, di facebook, di luar sekolah lo gak pernah mesra-mesraan tuh?” lanjut Zahra memperkeruh suasana
“iya bener, sebenernya lo beneran pacaran gak sih? “ tanya Sissy
“bener lah” ucapku gugup. Secara satu lawan banyak. Bisa-bisa aku di telan hidup-hidup sama mereka
“oke, kalo emang lo beneran pacaran. Gimana awalnya kalian bisa jadian? Perasaan hari-hari pertama kalian masuk kalian Cuma diem-dieman kan?” kata Dessy anak kelasku yang juga menyukai Adrian
ehm, wa waktu itu Adrian ngajak gue ketemuan. Iya, terus dia nembak gue deh. Katanya dia suka sama gue sejak pandangan pertama”  jawabku . jujur, aku sangat bingung harus jawab apa. Gak ada ide sama sekali untuk ngarang cerita. Dan aku baru sadar jawabanku tadi benar-benar tak masuk akal.
suka? Sama lo? Pandangan pertama? Mana mungkin” ledek Nia
kenapa ga mungkin?” Tiba-tiba Adrian datang dengan seragam basketnya.
Akhirnya, tumben banget nih anak jadi dewa penyelamat. Biasanya ngerepotin terus.
ta tapi lo berdua ga pernah keliatan mesra” cetus Zahra. Sedangkan cewek-cewek yang lain langsung diam dan ketakutan. Terutama Nia, secara dia kan pernah dibentak Adrian.
“oh, jadi kalian semua mau liat gue mesra sama dia?”
“ lo liat nih”
Tiba-tiba dia menarikku hingga membuatku langsung berdiri dan menghadapnya sangat dekat. Lima detik, aku seakan terhipnotis. Mataku terbelalak kaget, bibir Adrian meninggalkan jejak di bibirku. Inikah rasanya ciuman? Hangat dan manis. Tapi tunggu, dia kan hanya pacar bohonganku. Dia tidak berhak mendapatkan first kiss ku. Tapi dalam hati, seribu satu ledakan perasaan bermain-main bebas.
cukup?” tanya Adrian pada cewek-cewek tadi. Dan cewek-cewek tersebut pun langsung berlarian keluar kelas.
Aku masih terpaku. Tak mampu bergerak. Statis. Bagaimanapun itu artinya Adrian telah merebut first kiss ku yang seharusnya ku berikan pada pacar sungguhanku bukan dia, pacar bohongan.
“biasa aja, gausah merah gitu pipinya” ucapnya meledek dan langsung kembali kelapangan basket
Adriaaaannn” teriakku kesal.
Dia cowok yang bener-bener gak punya perasaan. Udah maksa aku untuk jadi pacar bohongannya, terus ngerepotin, dan gak tau diri lagi bersikap seenaknya. Aku benci cowok itu, gerutuku dalam hati.
Saat pulang sekolah, aku memutuskan untuk tidak pulang dengannya.
ayok” ajak nya
“gak! Makasih, gue mau balik sendiri” lalu meninggalkan dia
Adrian

Hari ini aku melakukan hal yang sangat memalukan. Mencium dia di depan cewek-cewek lebay yang sedang mengintrogasinya. Entah dorongan dari mana hingga aku berani melakukannya. Tapi tujuanku adalah ingin menyelamatkan dia dari cewek-cewek lebay itu. Sepertinya dia benar-benar kesal tapi aku menangkap pipinya berubah memerah. Ternyata itu tadi first kiss nya, wajar saja.
Sore ini, dia menolakku untuk pulang bersama. Sepertinya dia bener-bener marah padaku.


Diovi

Setelah kejadian itu aku memang meminta untuk tidak diantar-jemput olehnya. Bahkan saat disekolah pun aku tak mau berpura-pura mesra lagi dengannya. Kebetulan aku dikenalkan anak baru dikelas sebelah sama Riko, namanya Abi. Abi memang tak setampan Adrian tapi aku mulai merasa nyaman dengannya. Caranya bicara dan caranya memperlakukan wanita sangat amat manis. Dia juga pandai memainkan piano sama seperti ku. Tidak jarang kami berdua bermain piano bersama diruang musik. Hal itu membuat seisi sekolah gempar. Dan mulailah berkembang gosip-gosip baru. Dimulai gosip aku selingkuh, hingga gosip aku dan Adrian telah putus. ‘putus? Jadian aja nggak’ gumam ku dalam hati. Aku pun tak menghiraukan gosip yang beredar. Begitu pula yang bersangkutan, Adrian. Dia sama sekali tak ada niat meminta maaf atau apapun padaku. Setiap ada cewek yang menanyakan perihal gosip itu, dia hanya menjawab ‘kita cuma lagi marahan’.
Dia tidak hanya menyeballkan tapi juga tidak tahu diri. Sudah memaksaku untuk jadi pacar bohongannya, dia seenaknya mempermalukanku, sekarang dia seenaknya juga pergi. Sudah beberapa hari ini dia tidak menyapaku di sekolah. Tak ada alasan yang pasti. Tapi entah mengapa aku membenci keadaan seperti ini, cuek-cuekan, dan sekarang dia  malah ngga menyapaku sama sekali. Tunggu, kenapa aku jadi mengharapkan dia mengabariku? Tapi jujur, aku merindukannya.


Adrian

Telah beberapa hari disekolah aku tak bertutur sapa dengannya. Biasanya kami selalu berdua disekolah, Namun kali ini, aku rasa dia masih marah padaku karena hal itu. Aku tidak bisa memaksa dia lagi. Bodohnya aku tidak memiliki keberanian untuk meminta maaf padanya. Aku lihat beberapa hari ini dia sedang dekat dengan anak baru dari kelas sebelah. Aku sering melihatnya berduaan diruang musik. Sepertinya dia telah menemukan laki-laki yang benar-benar ia suka jadi sekarang aku tak dapat lagi memaksanya terus membantuku, sekarang sudah saatnya dia bahagia dengan pilihannya. Dan aku akan melepasnya.


Diovi

Beberapa hari ini ia benar-benar menghilang bagaikan ditelan bumi. Aku sedikit merindukan jailnya dia, dingin dan cueknya dia. ‘Lo kemana sih Ian?’ ucapku pelan
‘ddrrttt’ Tiba-tiba handphoneku bergetar
1 Message Received....
Adrian ‘Cowok Misterius’
Gue minta maaf kalo selama ini udah ngerepotin lo. Thanks buat semuanya. Sekarang lo bebas gue ga akan ganggu lo lagi.

Me
Maksud lo apasih?

Adrian ‘Cowok Misterius’
Satu lagi, sorry gue udah ngerebut first kiss lo

Me
Adriaaaaaaaannnnnn

Anak ini, masih aja nyebelin. Gerutuku dalam hati . Setelah itu dia tak membalas. Apa maksud sms nya? Apa sekarang dia udah bisa melupakan masalahnya sehingga dia tak membutuhkan aku lagi? Tapi dia kurang ajar, waktu memintaku untuk membantunya dia sampai nangis-nangis segala, tapi setelah berhasil dia Cuma bilang makasih lewat sms. Dasar cowok misterius nyebelin!!!!!

Sekarang disekolah setiap ada yang menanyakan tentang Adrian padaku, aku pasti menjawab “ Kami sudah tak ada hubungan apapun”
Kini aku dan Abi telah semakin dekat. Kami sering jalan berdua. Dia juga sering datang kerumah ku untuk sekedar mengajariku piano. Ternyata ayah nya abi adalah seorang pianis terkenal. Abi sangat berbeda dengan Adrian. Dia ramah, romantis, dan dia pandai memainkan piano. Apa benar yang dikatakan Riko sahabatku bahwa aku menyukainya? Entahlah.

Malam ini, Abi datang kerumahku membawa bunga dan sebuah boneka teddy bear besar sekali. Ia menyatakan perasaanya padaku. Aku pun menerimanya untuk menjadi pacarku. Aku fikir sudah saatnya aku merasakan punya pacar yang sesungguhnya.
Berita mengenai hubunganku dengan Abi pun dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru sekolah.


Adrian

Telah hampir satu bulan aku tidak masuk sekolah. Bayang-bayang kekasihku pun terus menghantui. Saat bersama Diovi aku tak pernah teringat hal itu namun kini saat dia telah menjauh aku merasakan kesepian dan kembali teringat hal itu. Apalagi dua hari lalu aku tak sengaja melihat kakak dari alm. Kekasihku di salah satu mol. Aku semakin terbayang dan tak berani keluar rumah.
Rencananya pagi ini aku ingin datang kerumah Diovi untuk meminta maaf secara langsung. Aku merasa tak tahu diri karena memutuskan hubungan antara kami hanya melalui pesan singkat. Namun tiba-tiba ada yang mengirim pesan padaku.
1 message received...
08131563xxxx
Adrian, apa kabar? Kemana aja kok lo udah hampir sebulan gak sekolah? Gue kangen sama lo

Me
Siapa ya?

08131563xxxx
Gue Nia, anak kelas XI ipa 4. Oya, denger2 lo putus sama Diovi ya? Sekarang dia udah punya pacar baru loh. Belum lama putus dari lo eh dia udah punya pacar aja

Membaca pesan itu ada rasa sesak dalam dadaku. Aku membanting ponselku asal. Aku membatalkan niatku hari ini. Sepertinya dia sudah benar-benar tak ingin mengenalku. Aku tak boleh merusak kebahagiaannya. Sudah terlalu lama dia menderita karena ku. Hari ini aku memutuskan untuk pergi ke cafe coffe. Aku ingin menenangkan diri.
Saat sampai di parkiran cafe, baru aku turun dari mobil namun tiba-tiba ‘bugggg’ sesorang menonjokku tepat dipelipisku. Lalu menghajarku hingga aku tak berdaya. Aku mencoba membuka mataku yang telah berlumur darah. Disekelilingku telah ramai orang menyaksikan
bang Dio?” ucapku terbata. Ternyata bang Dio ‘kakak dari alm. Kekasihku’
“iya, gue. Kenapa? Takut lo?” bentak bang Dio tepat di wajahku. Lalu ia menjatuhkan tonjokan lagi di perutku.
“aagghh” aku menggeram kesakitan
lo masih berani hidup ya? Gue kira lo udah mati. Atau jangan-jangan lo mau cari cewek lain untuk lo bunuh ?” bentak bang Dio (lagi)
s so sorry bang, gue gak ngebunuh ade lo, itu takdir bang” aku mencoba membela diri
“Takdir? Ini baru takdir” ‘bugh’ lagi-lagi tangannya yang keras mengenai pelipisku. Kini wajah ku telah penuh dengan darah. Lalu ia pergi.
Semua orang mendekat kearahku, mencoba membantuku berdiri. Tiba-tiba Diovi menghampiriku.
“Adrian” ia terkejut melihat wajahku berlumuran darah
“lo kenapa?” ucapnya lagi khawatir
Saat aku mencoba melihat dia. Aku melihat dia sedang bersebelahan dengan Abi, anak baru yang katanya telah menjalin hubungan dengan Diovi.
“enggak, gue gapapa” ucapku dan langsung masuk ke mobil. Meskipun telah berlumuran darah aku masih punya sedikit kekuatan untuk menyetir mobilku sampai kerumah.

Saat dirumah aku membersihkan luka ku sendiri. Aku terus terbayang Diovi yang tadi berdua dengan kekasih barunya.


Diovi

Hari ini aku dan Abi akan jalan ke cafe coffe. Telah lama aku tidak kesana. Terakhir kesana bersama Adrian, itu pun hanya sekali. Namun saat baru sampai parkiran cafe, aku melihat ada kerumunan orang dan aku mencoba mendekat. Pada saat itu aku melihat Adrian yang sedang dibantu berdiri oleh banyak orang. Wajahnya berlumuran darah dan badanya penuh dengan lebam. Aku mendekatinya.
“Adrian”  aku terkejut melihat wajahnya berlumuran darah
“lo kenapa?” ucapku sangat khawatir
Ia mencoba melihat kearahku.
 “enggak, gue gapapa” ucapnya dan langsung masuk ke mobil. Ia pun pergi, aku tak yakin dia bisa menyetir mobilnya hingga kerumahnya.
“Adriaaannn” ucapku kesal
Acara ngedate ku dengan Abi pun tak berjalan dengan lancar, aku lebih banyak bengong dan memikirkan Adrian. Saat dirumah aku mencoba menghubungi Adrian namun nomornya tidak aktif.
Hari-hari selanjutnya akupun masih sering memikirkan Adrian. Anak itu tiba-tiba menghilang dan kenapa saat di cafe itu dia menghindar. Apa ia marah padaku.


Riko
Setelah putus dengan Adrian, aku melihat sahabatku Diovi sedikit berubah. Ia memang telah memiliki pacar baru yaitu Abi, tapi aku tak melihat bahwa dia cinta pada Abi. Sepertinya ia hanya kagum karen Abi pandai bermain piano.
Akhir-akhir ini aku sering melihat dia melamun.
“lo kenapa sih Opi?” tanyaku khawatir
“gapapa kok Rik” jawabnya lesu
“lo ga mau lagi cerita sama gue?”
“bukan gitu”
“terus kenapa?”
“gue ngerasa kehilangan Adrian rik, dia tiba-tiba ngilang gitu aja”
“ lo masih sayang sama dia? Terus kenapa lo terima Abi jadi pacar lo?”
“gatau, gua sendiri bingung sama perasaan gua. Gua kagum sama Abi, gua seneng kalo lagi bareng dia apalagi ngomongin piano. Tapi gue selalu ngerasa nyaman setiap deket sama Adrian”
“gue udah nebak, lo itu gak bener-bener cinta sama Abi. Lo itu hanya kagum karena dia punya hobby yang sama kayak lo”
“tapi...”
“cinta itu beda sama kagum Opi, cinta itu suatu kenyamanan. Lo akan merasa nyaman bersama orang yang lo cintai. Itu artinya lo cintanya sama Adrian bukan Abi”
gue gak yakin rik dia punya rasa juga sama gue. Beberapa hari lalu gue ketemu dia di cafe dan dia babak belur. Tapi pas gue tanya dia kenapa, dia malah langsung pergi bagaikan gak kenal sama gue”
“mungkin ada sesuatu yang dia rahasiakan dari lo. Atau mungkin dia lagi ada masalah”
Dia terlihat terdiam. Entah apa yang ia fikirkan, tapi aku melihat wajah cemas dan sedih dari matanya. Aku pun meninggalkannya, aku yakin dia butuh waktu untuk sendiri.

Diovi

Aku tak mengira bahwa Riko benar-benar mengerti yang aku rasakan. Tapi apa benar dengan yang ia katakan. Bahwa sebenarnya perasaanku pada Abi bukanlah cinta tapi kagum. Dan sebenarnya cintaku yang sesungguhnya itu untuk Adrian. Tuhan, aku tak mengerti perasaanku.

Hari ini aku memutuskan untuk datang kerumah Adrian.
tok tok tok’ aku mengetuk pintu rumahnya. Seorang wanita paruh baya membukakan pintu.
Adrian ada bi?”
“ada non, silahkan masuk”
“makasih bi” Aku pun langsung masuk kedalam
ngapain lo kesini?” suara Adrian yang dingin mengagetkanku. Ternyata suaranya masih sangat dingin, sepertinya ia masih cocok dijuluki ice man.
“biasa aja dong” ucapku lalu menghampirinya di sofa
“muka lo udah sembuh?”tanyaku saat melihat wajahnya yang masih biru-biru
“udah mendingan, lo kangen ya sama gua?” ucapnya jail
“gausah kegeeran. Lo kemana aja sih? Marah sama gue?”
“siapa bilang gue marah? Gue Cuma nepatin janji gue ke elu. Waktu itu kan gue pernah bilang, kalo lo udah nemuin cowok yang lo suka, lo boleh pergi dan gue ga akan ganggu lo lagi”
“cowok yang gue suka?”
“iya, itu pacar baru lo. Siapa namanya?”
“Abi? Gue udah putus. Sebenernya ... gue gak suka sama dia, Cuma kagum karena dia jago main piano kayak gue”
“oh, terus lo suka nya sama siapa dong?” ia menatapku jail
“gatau”
“gue boleh jujur ga sama lo?”
“apa?” tanpa diperintah wajahku telah memerah melihat matanya yang terus menatapku
“lo berhasil buat gue berubah. Gue ngerasa kesepian tanpa lo. Dan saat jauh dari lo bayang-bayang itu balik lagi. Waktu di cafe itu abang dari cewek gue yang nonjokin gua sampe babak belur. Dia masih ga terima”
“astaga”
“gue punya satu permintaan lagi, bantu gue please!” ucapnya memohon
“apa? Jadi pacar bohongan lo lagi?” tanya ku cemberut. Sebenarnya aku ingin lebih, aku ingin kamu minta aku untuk jadi pacar beneran bukan bohongan terus, fikirku
“ayok” dia menarikku ke mobilnya.
“pake sabuk pengaman” perintahnya
“mau kemana?” tanya ku heran
Lalu dia menggas mobilnya dengan kecepatan tinggi. Untung saja jalanan hari ini tidak terlalu ramai, ia terus mengebut dan menerobos lampu merah. Entah setan apa yang merasuki Adrian hingga ia membawa mobilnya bagaikan orang kesetanan seperti ini. Aku yang disampingnya pun tak berani menatap kearah depan, aku terus menutup mataku. Pasrah apa yang akan terjadi padaku selanjutnya. Ia terus ngebut tanpa sedikitpun mengurangi kecepatannya. Sekarang aku percaya bahwa dia pernah jadi pembalap mobil.  Nafasku seakan tak lagi beraturan, aku benar-benar lemas dan pasrah. Sampai akhirnya mobil Adrian berhenti tepat di pinggir jurang.
“lo gila” ucapku menghela nafas
“lo gak mati kan?” tanya nya konyol sekali, disaat seperti ini dia malah bercanda.
“gue emang ga mati tapi ruh gue udah melayang sampe surga” ucapku kesal. Orang ini udah hampir buat jantungku copot eh malah konyol gitu.
“sorry, tadi gue cuma mau buktiin. Kalo kejadian itu bener-bener diluar kendali gue. Semua udah diatur Tuhan, buktinya lo gue perlakukan sama seperti kejadian itu tapi lo gak kenapa-napa kan?”
Ia menatapku. Kali ini matanya yang masih sedikit membiru itu terlihat begitu sayu dan terlihat lemah.
“sekarang gue percaya sama apa yang lo bilang, kematian itu cuma Tuhan yang tau. Gue gak bisa nyalahin diri gue terus-terusan. Mulai sekarang gue akan jalani hari-hari gue dengan lebih baik lagi. Masalah keluarga alm. cewek gue terima atau enggak gue bakalan pasrah dan tetap berusaha ngeyakinin mereka kalau semua udah jalannya Tuhan.” Air mata nya mengalir di pipinya. Aku hanya bisa mengelus-elus bahunya.
“ Thanks ya Opi, lo udah bantu gua berubah. Lo udah bikin gue sadar kalo hidup ini sederhana dan indah” dia tersenyum dan terus menatapku. Baru kali ini aku melihat senyumnya begitu manis.
“Gue punya satu permintaan lagi”
“Apa?”
“Lo udah berhasil ngerubah gue, sekarang gue minta lo mau mengisi hati gue”
“maksud lo?”
“selama ini kan gue udah sering nyusahin lo. Sekarang ijinin gue ngebahagiain lo”
“masih gak ngerti” kataku sambil tersenyum jail
“dasar oneng!!!!” ledeknya sambil mencubit pipiku gemas
“lagian, dasar cowok es. Mau nembak cewek aja masih juga dingin”
“oh jadi mau yang hangat?” matanya menatapku jail
Aku curiga, aku perlahan mundur namun ‘hap’ . Dia memelukku erat. Lamaaaaa sekali, seperti tak rela jika harus dilepas. Sekarang aku telah benar-benar merasakan hangat.  Kehangatan yang berasal dari cinta.
                 Aku tidak menyangka, cowok dingin dan misterius yang berhasil merebut first kiss ku adalah  cinta pertama ku. Sekarang aku yakin, cinta itu misteri. Saat sang cupid memanahkan panahnya maka cinta tak dapat lagi dielakkan. Cinta adalah sebuah daya, mampu menghidupkan namun tak dapat dipahami, tetapi cinta adalah suatu fakta yang tak terelakan. Cinta itu suci, kesuciannya tak bisa ditandingi juga tidak bisa ternodai, sebab cinta lahir dari ketulusan hati. Namun, Cinta adalah jerat yang mengikat, begitu kuat hingga tak ada satupun yang mampu berlari dan melepaskan jeratannya.


- DYS-
Twitter : @dwiyuliant_
Facebook : Dwi Nuraga CLs