7 kind of a
secret admirer
#ceritakedua
MASA ORIENTASI SISWA
MONsterDAY. Setiap hari senin kata-kata itu selalu memenuhi
timeline twitterku. Hampir semua anak sekolah membenci hari pertama dalam satu
minggu itu. Entah, aku masih belum mengerti apa sebenarnya yang membedakan hari
senin dengan hari lainnya. Sampai saat ini setelah 3 tahun aku sekolah menengah
pertama, aku tidak mengalami sesuatu yang aneh di hari senin.
Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah sebagai anak
SMA. Bahagianya ketika tahu bahwa aku diterima di sekolah yang aku inginkan.
Lebih bahagia lagi pagi ini aku mengenakan seragam putih abu-abu. Senyum-senyum
aku memandangi pantulan diriku di kaca. Ada yang berbeda. Ada aura kedewasaan
disana. Mungkin sebentar lagi aku memang akan menjadi sosok yang dewasa.
Pagi ini aku cukup bersemangat berangkat sekolah dengan
seragam baru dan semua peralatan-peralatan sekolah baru. Rasanya tidak sabar
menghirup aroma sekolah baruku yang terkenal dengan gelar sekolah adiwiyata.
Namun, ketika dijalan ban mobilku bocor. Aku memutuskan untuk
naik taksi karena aku takut telat sampai ke sekolah di hari pertamaku. Dan
ternyata harapanku akan segera sampai disekolah baruku belum juga bisa
terwujud. Jalanan begitu macet. Kata sopir taksinya jam-jam segini memang
langganannya macet. Aku pun mulai panik. Aku benar-benar takut jika aku
terlambat. Aku salah tingkah. Aku bingung harus bagaimana. Akhirnya aku
memutuskan turun dari taksi dan langsung mencari ojek. Aku fikir, setidaknya
motor bisa lebih cepat membawa ku sampai disekolah baruku.
Parfum yang aku semprotkan ke seragam baruku sudah tak
tercium lagi. Tergantikan dengan bau debu serta bau matahari. Aku benar-benar
takut telat dihari pertamaku.
Akhirnya setelah menerobos padatnya jalan Jakarta aku sampai
juga disekolah baruku. Aku pun terkejut karena gerbang sekolah sudah tertutup
rapat. Aku melirik arlojiku dan ternyata benar aku telat hampir 25 menit.
Menurut peraturan yang ditempel di pos satpam sekolah, siswa mendapatkan
toleransi 10 menit setelah bel masuk.
“ arrgghh, Telat kan” dengus ku kesal
“gimana cara masuknya ya” aku tidak tahu harus bagaimana
karena ini hari pertamaku dan aku sudah terlambat
Aku pun mendekati pos satpam sambil berteriak mencoba
memanggil pak satpam.
“Pak… Pak satpam… Pak… Pak satpam” teriakku
Pak satpam pun mendengar teriakkan ku dan membuka gerbangnya
sedikit.
“pak, saya peserta didik baru. Saya boleh masuk kan pak?”
tanyaku dengan memasang wajah semanis mungkin
“tidak! Kamu ini. Baru masuk aja udah telat” bentak pak
satpam yang langsung membuat nyaliku menciut
“tapi pak, tadi jalanan macet banget dan saya janji gak akan
telat lagi”
“ alasan seperti itu sudah sering digunakan. Sekali peraturan
tetap peraturan.”
“yah pak. Ayolah kasih saya kesempatan”
“ kenapa pak?” ucap seseorang di dalam sana. Aku tidak tahu
siapa yang berbicara karena gerbang hanya dibuka sedikit sehingga aku tidak
bisa melihat sumber suara tersebut.
“ini mas ada yang telat. Katanya sih peserta didik baru”
jawab pak satpam ramah
“ oh yaudah suruh masuk aja. Kasihan dia kalau gak diijinin
masuk nanti gak tahu info untuk MOS besok” ucap seseorang di dalam sana. Dari
suaranya sih, kurasa dia seorang pria.
“ohgitu mas, baik deh” jawab pak satpam. Dia langsung melihat
ke arahku
“kata mas osis kamu diijinin masuk. Silahkan” kata pak satpam
mempersilahkan ku masuk
“ serius pak? Terimakasih pak” ucapku girang
Aku langsung masuk dan aku menatap ke sekelilingku sambil
tersenyum. Akhirnya bisa juga merasakan aroma sekolah ku dihari pertama ini.
“cepet ke lapangan. Yang lain udah kumpul dari tadi” ucapnya
ramah
Lamunanku pun buyar ketika aku mendengar suara seorang pria.
Aku sadar bahwa aku terlambat. Aku langsung berlari kearah lapangan. Namun,
belum sampai lapangan aku memutar balik mendekati pria tadi.
“Terimakasih ya kak” ucapku tersenyum manis. Aku hampir saja
lupa berterimakasih karena telah dibantu untuk masuk. Lalu aku kembali berlari
ke arah lapangan.
“Sampai” ucapku pelan.
Di depan sana ada seseorang yang sedang berbicara. Ku rasa
dia ketua osis yang sedang menyampaikan sambutan. Tubuhku yang tidak terlalu
tinggi membuatku tidak bisa melihat wajah sang ketua osis.
“ buat yang tadi telat saya minta untuk kedepan “ teriak
seseorang yang sedari tadi memberi sambutan.
Aku terkejut. Apakah yang ia maksud adalah aku. Tanpa ku
sadari semua mata tertuju padaku. Aku pun ditarik senior-seniorku kedepan. Oh my God! Apakah penyiksaan senior terhadap
junior yang sering ditampilkan di televisi itu benar-benar ada. Aku terus
menunduk.
“ Kamu kenapa telat?” bentaknya
“ maaf kak tadi jalanan macet “ jawabku gemetaran
“ anak baru aja udah telat. Dan kenapa kamu memakai seragam
putih abu-abu?” bentaknya lagi
Aku mencoba menoleh ke belakang. Astaga, ternyata hanya aku
siswa baru yang memakai seragam putih abu-abu.
“ma ma maaf kak, saya tidak tahu” ucapku takut
“ oke, hukuman buat kamu. Kamu harus pakai nametag
bertuliskan ‘SIPUT’ selama MOS berlangsung”
“ MOS kak?” ucapku terkejut. Aku benar-benar tak tahu bahwa
di sekolah favorit seperti ini juga ada yang namanya MOS.
“Iya, selama satu minggu” jawabnya
-----------
Aku benar-benar tak habis fikir bahwa disekolah se favorit
ini ada juga yang namanya MOS. Ajang balas dendam senior ke juniornya. Ya
Tuhan. Sepertinya hari ini MONsterDAY pertama untukku.
Sekarang aku sedang duduk di kelas bernama spanyol class.
Kata osis nya tema MOS tahun ini adalah Piala Dunia. Ide yang tidak terlalu
buruk menurutku karena aku kan salah satu penggila sepak bola. Tapi aku tak
cukup bersemangat hari ini. Benar-benar hari yang menyebalkan.
Ketika perasaan ku penuh dengan amarah, seorang laki-laki
dengan pakaian rapi memasuki kelas dengan wajah tanpa beban. Langkahnya tampak
begitu ringan, senyumnya mempesona, dan wajah tampannya mengundang pandanganku
untuk memandangnya. Sesuatu yang lain bergerak di dalam hatiku.
“selamat pagi. Perkenalkan, nama saya Raynald. Saya kakak mentor kalian selama MOS berlangsung. Saya
harap
kebersamaan kita selama satu minggu ini bisa berjalan baik. Kalian gak
perlu takut karena saya gak kayak osis yang lain. Jadi santai aja.” Ucapnya
ditutup dengan senyuman super duper manis.
Dia adalah kakak kelas yang tadi telah membantuku masuk dan
ternyata dia adalah kakak mentor ku selama MOS. Aku tersenyum bahagia.
Bagiku, kelas berlangsung dengan sangat menyenangkan. Ia
menjelaskan apa saja yang harus dibawa dan dipakai selama MOS. Aku terus memandangi
wajahnya yang menurutku meneduhkan. Gadis-gadis lain yang berada di kelas itu
pun ku rasa memberi perhatian yang sama.
Sepertinya MOS nya tidak akan semenyebalkan yang ku
bayangkan. Aku tersenyum penuh arti.
---------
“maaf kak,
saya ingin bertanya tentang perintah yang harus dipakai besok”
“oh,
silahkan. Ini dengan siapa ya?”
“saya
Deyana, Kak. Siswi kelas spanyol”
“Apa yang
mau di tanyakan, Deyana?”
“ Perintah
untuk besok itu kan di minta membuat nametag berbentuk bola. Sedangkan saya
mendapat hukuman untuk memakai nametag SIPUT sampai hari terakhir MOS. Jadi
saya tetap harus buat nametag bolanya atau ga usah ya kak?”
“dibuat
dua-duanya aja. Biar kamu gak kena hukuman senior yang lain”
“ohgitu,
terimakasih kak”
“oke,
selamat mengerjakan, emmm --- siapa nama kamu tadi?”
“Deyana,
Kak”
“Oh, Deyana.
Sampai jumpa dikelas besok ya”
Aku dengan
wajah sumringah tak bisa lagi menahan senyuman bahagiaku. Sambungan telepon
terputus. Aku berlari ke atas tempat tidur dan meloncat-loncar kegirangan. Aku
berteriak sekencang mungkin. Tak pernah merasa sebahagia ini.
`------
Aku berjalan
mendekati kerumunan siswa-siswa yang sedang sibuk bergosip di kelas. Mereka
sedang menciptakan keributan kecil di kelas sebelum masuk dengan bercerita
sambil memekik-mekik dan tertawa centil. Aku bisa menebak, mereka pasti sedang
membicarakan sosok yang hampir seminggu ini membuatku sulit tidur.
“hallo,
sorry, boleh gabung ga?” aku mencoba mendekat
“silahkan
aja” jawab seorang gadis yang wajahnya ramah dan imut
“well,
kalian lagi ngomongin apa sih?”
“Kak Ray!”
jawab mereka bersamaan
“ Kak Ray
kenapa? Gue kudet nih kayaknya”
“ Kak Ray
itu ternyata bukan osis. Dia Cuma diminta bantu sama ketua osis kita”
“itu sih gua
juga tahu!”
“dia itu
udah punya pacar. Lo udah tau belum?”
Aku terdiam,
seakan ada jarum yang menusuk-nusuk hati kecilku.
“pacar? Tau
darimana?”
“kakak gua
tuh seangkatan sama dia. Kata kakak gua, dia itu balikan sama mantannya.
Katanya sih dia itu cinta banget sama mantannya itu”
Tubuhku
terasa melemas. Aku menghela napas. Entah apa aku benar-benar terluka, yang
jelas perasaanku masih sangat kuat.
-------
Hari ini
adalah hari terakhir MOS dilaksanakan. Seharusnya aku gembira karna akan
terbebas dari benda-benda aneh yang harus selalu aku pakai setiap harinya. Tapi
ada rasa sedih dilubuk hatiku terdalam. Aku tak bisa membayangkan hari
selanjutnya akan seperti apa. Aku akan semakin sulit melihat dia.
“Saya senang
pernah kenal dengan kalian. Semoga kalian bisa menikmati masa SMA kalian. Dan
bisa nyaman sekolah disini. Nanti, jika bertemu saya di kantin atau dimanapun
jangan sungkan untuk menyapa ya “
Para siswa
yang punya perasaan menggebu-gebu terhadap kak Raynald merasa tak ikhlas jika
hari ini adalah hari terakhir MOS. Ketika kelas berakhir, ada beberapa siswi
yang memberikan bingkisan. Melihat hal itu, aku merasa gemas. Aku tak
menyiapkan apa-apa untuk pertemuan kali terakhir ini. Sementara sebagian siswa
bubar dari kelas, salah satu siswi berdiri berdekatan dengan kak Ray.
Keberaniannya membawa dia pada keinginan terbesarnya, mengabadikan kak Ray
dengan dirinya dalam foto. Aku melihat semua kejadian itu kesal. Karena aku tak
memiliki keberanian yang sama. Aku memasuki peralatan tulisku ke dalam tas
dengan cepat. Dengan perasaan campur aduk aku meninggalkan kelas tanpa
menyalami kak Ray seperti yang lainnya.
-------
Aku telah
menunggu hari ini. Sudah berhari-hari aku merencanakannya. Aku terus mencari
keberadaannya. Hampir lelah hingga mataku berhasil menangkap keberadaannya. Ia
tengah berjalan menuju gedung dekat lapangan
basket. Gedung itu adalah gedung yang digunakan untuk para kelas 11. Aku
berjalan pelan-pelan di belakang kak Ray, sangat menjaga jarak. Aku terus memperhatikan kak Ray. Ditangan
kanannya, pria itu membawa jus jeruk yang sepertinya ia beli dari kantin
sekolah. Koridor terlihat begitu sepi.
Sepertinya banyak siswa yang sedang ke kantin karena ini adalah jam istirahat.
Aku terus mengikuti kak Ray hingga akhirnya ia berhenti di satu kelas, aku pun
sembunyi dibalik dinding dan mengintip kak Ray dari kejauhan.
Aku tak
percaya dengan apa yang aku lihat. Kak Ray menggenggam erat tangan seorang
gadis cantik berambut sebahu. Sesekali, ia mencubit pipi sang gadis dengan
manja. Lalu ia pun memberikan jus jeruk yang ia bawa tadi pada gadis tersebut.
pemandangan itu membuat hatiku hancur. Mataku seketika berair dan memerah. Aku
segera membalikan badan dan dengan langkah berat aku mencoba berjalan kembali
menjauhi pemandangan yang benar-benar tak mampu aku lihat. Bahu ku tampak naik
turun. Tangisku terlalu menyesakkan dada, sehingga aku tak mendengar langkah
kaki seseorang mendekat.
“kamu
ngapain disini?”
Terkejut
dengan sapaan itu, aku tak segera berbalik. Namun, sapaan itu terdengar sekali
lagi, dan sentuhan di bahu ku seakan menguatkan. Aku membalikkan badan dan
menatap sosok itu. Kak Raynald.
Melihat
mataku yang memerah dan berair, kak Ray memasang wajah prihatin. “Deyana, kok
disini?”
“ abis ada
urusan, kak”
“Pacarmu
anak kelas sebelas? Habis berantem, ya?” Kak Ray meneliti wajahku. “kok,
nangis?”
Aku hanya terdiam
membisu. Aku menatap dia dengan tatapan ragu, kemudian aku palingkan
pandanganku dari matanya. Setiap kali bertemu dengan matanya, aku selalu merasa
bahagia. Tapi kali ini tidak, aku merasa sangat hancur. Rasanya begitu berat
untukku menutupi sedihku dengan tersenyum. Begitu berat juga untukku menjawab
pertanyaan darinya.
Aku menahan
tangisku susah-payah. Aku tidak ingin memperlihatkannya pada dia.
Kak Ray
membuka percakapan sekali lagi, “ urusanmu sudah selesai? “
“udah, saya udah
mau pulang sekarang”
“ada yang
jemput? Atau mau bareng saya aja pulangnya?”
Aku tak
berani menatap mata itu. Aku takut hatiku semakin patah.
“kamu pulang
sama saya aja. Rumah kita searah kok”
Aku yang
sedari tadi menunduk, tak menjawab. Aku bingung, dari mana ia mengetahui
rumahku?
“sekarang
kita ke parkiran, ya. Kamu pulang sama saya aja.”
-----
Kami tak
saling mengucap kata. Sibuk berdialog dengan perasaan masing-masing. Aku hanya
menunduk lemas. Mencoba menahan airmataku agar tidak mengalir. Bahkan aku lupa menyebutkan alamat rumahku
lengkap. Aku benar-benar masih dirundung kesedihan, kebingungan, dan juga
banyak pertanyaan yang menjalar diotakku.
“ini
rumahmu, kan? Udah sampai”
Aku menatap
keluar jendela, aku memang telah sampai dirumahku. Sebelum menuruni mobil, kak
Ray meraih tanganku.
“ Deyana,
kamu hanya perlu mempercayai kata hati kamu. Dan yang perlu kamu pahami, kadang
yang terlihat belum tentu sama dengan yang kamu pikirkan.”
Mataku
kembali berair. Rasanya aku sangat ingin memeluk kak Ray saat itu, tapi tidak
mungkin. Aku hanya bisa tersenyum tipis ketika jemari kak Ray menyentuh lembut
rambutku. Entah harus bahagia atau patah hati.
Mobil kak
Ray segera melaju meninggalkan ku.
Mobil itu
kembali kesekolah. Nampak seorang gadis cantik berambut sebahu memasuki mobil
itu.
“Mas Ray
dari mana sih? Aku kan udah bilang tungguin aku”
“Maaf de,
mas abis nganter seseorang”
“emmm----
cewek yang sering mas ceritain itu?”
“iya, anak
kelas 10 yang sering mas ceritain ke kamu”
“kapan
jadian? Dan kapan mau dikenalin ke aku?”
“nanti aja.
Perlu proses. Kayaknya lebih baik begini dulu”
--------------------------------selesai-----------------------------
Dwi yulianti
sari
Selasa, 11
march 2014
10:53
t : @dwiyuliant_