Aku tidak mengerti dan kurasa tidak akan pernah mengerti.
Mengapa perjalanan hidupku terasa begitu sulit. Atau mungkin aku yang terlalu
lemah.
Semakin bertambah usiaku, semakin ku beranjak dewasa,
bukannya jalan keluar yang ku dapati, melainkan rintangan-rintangan baru yang
semakin sulit aku lewati. Semakin dewasa pemikiranku, bukannya ketenangan yang
ku rasakan, melainkan beban dan tertekan.
Proses kehidupan yang aku jalani terasa begitu jauh. Bahkan
dalam jutaan tapak kaki yang berdarah-darah pun, garis finish tempatku berhenti
tak kunjung terlihat. Ya, kurasa aku takkan pernah bisa mengetahui kapan
tepatnya aku mencapai tujuan. Aku juga tak akan tahu sampai sejauh mana aku
akan berhenti.
Awalnya aku mengeluh. Aku merasa dunia tak adil padaku. Ia
seakan membiarkanku berdiri terlunta-lunta sendirian ditengah padang pasir
tanpa mata air. Kearah manapun aku berjalan, seakan semuanya sia-sia. Pada
akhirnya aku hanya akan mati kehausan dan kelelahan.
Kata orang, semua akan indah pada waktunya. Aku mencoba
meyakini itu. Tapi kenyataannya, sampai kapan aku harus menunggu waktu itu
tiba. Sampai kapan aku harus kesakitan sendirian. sampai kapan aku harus
bertahan. Sampai kapan aku harus jatuh dan bangun berkali-kali. Sampai kapan
aku harus merangkak dan kembali bangkit hanya untuk melanjutkan perjalananku
yang terjal dan berliku.
Kata orang, jangan banyak mengeluh. Tapi sampai kapan aku
harus sok tegar? Tapi sampai kapan aku harus berpura-pura bahagia padahal
kenyataannya aku menderita. Lalu sampai kapan aku terus mengabaikan perasaanku
sendiri. Seperti balon, jika terus-terusan diisi udara pada saatnya ia akan
meledak. Begitu pula aku. Mana ada manusia yang bisa bertahan jika
terus-terusan diberikan tekanan.
Aku seakan dipaksa bernafas didalam lautan tanpa bantuan
oksigen. Seakan dibunuh perlahan.
Selimut malam belum jua terbuka
Gelap masih menyelimuti dunia
Sama seperti hatiku yang meringkuk
merana
Gelap menyelubungi hati dengan dendam
dan amarah yang membara
Luka-luka menambah parah raga
Merana dalam kubangan duka yang tak
ada habisnya
-sujudku yang
tersembunyi, novel by Garina Adelia-
Rasa sakitnya belum kunjung terobati, namun tekanan lain
terus memaksaku hingga aku benar-benar terjatuh dan tak bisa bangkit kembali.
Namun serangan lain seakan terus mendorongku hingga ku masuk kedalam liang
kuburan dan dikubur hidup-hidup. Seakan tekanan itu tak akan berhenti bahkan
hingga aku mati.
Tapi aku bersyukur, ketika langkahku mulai tertatih. Ada banyak
orang yang berteriak menyemangati dibelakangku. Meskipun teriakan mereka tak
akan bisa membawa ku hingga sampai di garis finish namun setidaknya aku masih
punya kekuatan dan keyakinan bahwa ada yang mengharapkanku berhasil melalui
semua ini. Setidaknya masih ada yang siap menolongku disaat aku terjatuh dan
tak sanggup lagi berdiri.
dwiyuliantisari
21 maret 2014
:')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar