Diovi
Hari senin
selalu menjadi hari yang melelahkan. Pagi-pagi saat semua orang masih menguap
dan masih ingin bersembunyi di balik selimut serta berkutat dengan mimpi, kami
harus mengikuti upacara bendera dan bermandikan keringat tepat pukul tujuh pagi
yang amat menyengat. Ini adalah salah satu kewajiban kami seorang pelajar. Mau
tidak mau kami harus merelakan dan harus tetap setia mengikuti kegiatan yang
melelahkan tersebut.
Pagi ini aku
benar-benar tak rela harus bangun. Mimpi malam ini terasa sangat indah dan
sangat tidak ingin aku hentikan. Namun cahaya matahari yang menembus tirai
dikamarku membuat ku terpaksa membuka mata.
MONsterDAY!!
Saat melihat jam aku pun langsung terseok-seok mengambil handuk,
lalu berjalan ke kamar mandi. Setelah beberapa menit aku pun telah siap dengan
seragam putih-abu ku. Seragam putih lengan panjang yang lebih sering aku gulung
serta semua atribut lengkap yang diwajibkan dipakai setiap hari senin. Tas biru tua pun telah dengan cantik menggelantung
dipunggung ku. Baru beberapa langkah aku keluar kamar lalu aku kembali ke dalam
kamarku. Ada satu yang terlupa, aku belum menyisir rambutku. Aku memang bukan
gadis yang sangat memperhatikan penampilan atau terkesan cuek tetapi tak
mungkin aku ke sekolah dengan rambut berantakan seperti ini. Aku menyisirkan
rambutku asal dan menyemprotkan parfume di seragamku. Lalu aku pun berlari
menuruni anak tangga dan mengambil sandwich yang telah disiapkan mamah lalu
berlari memasuki mobil.
“ Mah, opi
berangkat ya. Assalamualaikum” pamitku sedikit berteriak
Setelah kurang lebih dua puluh menit aku pun sampai disekolah.
Tepat pukul tujuh kurang lima menit, akhirnya pagi ini aku bisa lolos dari
babeh ( panggilan untuk satpam disekolahku ) dan guru BP. Lalu akupun menuju ke kelas untuk menaruh tas
dan langsung merapat ke lapangan karena upacara akan segera dimulai.
Akhirnya upacara pun selesai. Matahari pagi ini tak malu-malu
memancarkan sinarnya. Keringat pun tak dapat ku cegah untuk terus menjalar
ditubuhku dan membasahi bajuku.
“ Lo
kenapa? Jangan bilang belum sarapan terus lo mau pingsan” Riko
menatapku khawatir
“kalo gue
pingsan lo pasti gendong gua ke UKS kan?” jawabku jail
“tenang,
nanti lo gua gelindingin sampe UKS oke?” jawabnya kesal
“ Haha
tenang rik, gua kan sobat lo yang paling strong kan? Gak ada ceritanya gua
pingsan pas upacara”
“iya iya,
lo kan jelmaan ya. Makanya gak jelas, cewek kok sifatnya kayak cowok”
“sial lo
rik” aku pun mendengus kesal dan mengejar Riko yang langsung kabur
setelah meledekku jelmaan.
Riko, dia adalah sahabat dekat ku sejak SMP. Aku mengenal dia
sejak kelas 2 SMP. Awalnya dia pendiam sekali namun setelah kami mulai mengenal
ternyata jauh dari perkiraan, dia cowok terjail dan terheboh yang pernah aku
temui. Dibalik diam nya ternyata dia memiliki kepribadian ganda, dikelas
terlihat pendiam sekali namun ketika keluar kelas dan ketika berkumpul dengan
sahabatnya sifat gila nya pun keluar. Namun dia termasuk sahabat yang paling
mengerti aku. Dia selalu tahu ketika aku sedang ada masalah tanpa aku harus bercerita
kepadanya.
Riko
Senin pagi
memang menjadi hari yang paling dibenci seluruh pelajar di Indonesia. Termasuk
sahabatku yang satu ini, Diovi. Dia sangat amat membenci hari senin, karena
hari senin ia harus merelakan beberapa menit waktu tidurnya.
Setelah upacara selesai, aku melihat wajah sahabatku ini pucat
pasi sepertinya dia tak sempat sarapan pagi ini. Aku pun menanyakan keadaannya.
Namun niat pengin serius eh dia malah bercanda. Dasar cewek jelmaan. Aku pun
balik meledeknya.
Diovi, atau lebih tepatnya Opi. Dia bilang dia lebih suka
dipanggil opi, lebih simple katanya. Dia gadis yang sangat cuek dengan
penampilannya. Setiap sekola, lengan kemeja putihnya selalu di gulung,
rambutnya hanya disisir asal, serta tak sedikitpun polesan bedak diwajahnya.
Selain cuek dia juga termasuk yang tak pernah memperdulikan urusan
percintaannya, bahkan dia belum sekalipun pacaran. Hello, jaman dimana cinta
teramat penting bagi semua orang dan bahkan banyak yang galau karena cinta atau
karena tak bisa move on dari mantan masih ada gadis 16 tahun yang belum
mengenal cinta sekalipun. Segitu cueknya dia sehingga membuatnya jomblo seumur
hidupnya.
Diovi
“eh rik,
semalam gua mimpi indah loh” ungkap ku antusias ingin menceritakan semua
mimpi ku pada Riko.
Kami memang selalu bercerita tentang apapun itu. Namun belum
sempat aku memulai ceritaku terdengar ketukan pintu dan ternyata wali kelas
kami lah yang datang. Tiba-tiba kelas menjadi ramai semua heboh dengan
perbincangan mereka masing-masing. Ada
apa? Tidak biasanya anak satu kelas berani berisik saat bu Irma walikelas ku
ada didepan kelas. Aku yang sedari tadi fokus dengan novel bacaan ku pun mulai
berpaling dan melihat ke pusat perhatian anak-anak. Ternyata anak baru
disebelah bu Irma lah penyebab keramaian. Cowok yang tinggi, putih, dan tampan
tersebut membuat seluruh kelas, cewe terutama mengeluhkannya.
“ selamat
pagi anak-anak. Ibu akan mengenalkan pada kalian, anak baru dari Surabaya bernama Adrian. Adrian silahkan
perkenalkan diri kamu” Bu Irma pun mempersilahkan Anak baru itu
memperkenalkan diri.
“ nama gue
Adrian ferdinan. Gua pindahan dari Surabaya” ucap Adrian sangat amat cuek.
“silahkan Adrian kamu duduk
di tempat yang kosong”
“iya bu,
makasih”
Anak baru itu pun berjalan kearah ku. Aku tak sedikitpun berharap
ia memilih tempat duduk disebelahku. Karena sebenarnya ini adalah tempat duduk
sahabatku Sasa yang sedang sakit dan tak bisa masuk sekolah untuk beberapa
minggu. Tiba-tiba ia melirik kearahku.
“gue duduk
disini ya” ucapnya tanpa basa-basi lalu meletakkan tasnya diatas meja.
“jangan,
ini tempat duduk temen gue” jawabku menolak
Ia mengarahkan tatapannya ke arah pintu. Seperti mengetahui apa
yang ia fikirkan aku pun langsung menjawab. “dia
lagi sakit jadi ga masuk”
“yaudah
gua duduk disini sampai dia masuk” jawabnya cuek
Ihh. Sok banget sih anak baru ini. Sok cool, nyebelin, keras
kepala lagi. Cewek-cewek lain boleh suka sama dia tapi aku? Amit-amit deh.
Cowok dingin dan sok keren kayak gini apa bagusnya coba.
Selama pelajaran berlangsung tak sedikitpun ia membuka mulut untuk
sekedar menyapa. Sepertinya dia lebih pantas dijuluki ‘ Ice man ’ terlalu dingin bagaikan es. Aku pun tak ada niat untuk
menyapa dia terlebih dahulu, berbeda dengan gadis-gadis lain yang terus
memperhatikan cowok dingin disampingku ini. Apa istimewanya dia?
Mulai hari itu setiap sebelum masuk sekolah , jam istirahat,
bahkan setelah bel pulang kelas ku jadi ramai dan selalu dipenuhi cewek-cewek
kelas sebelah. Sampai-sampai aku harus mengungsi ke tempat lain karena tempat
duduk ku telah di penuhi cewek-cewek yang mencoba akrab dengan cowok dingin
tersebut. Karena ku tahu pasti akan mengungsi jadi aku memilih datang beberapa
menit sebelum bel masuk. Namun tetap saja, setelah bel masuk aku tetap tak bisa
duduk dengan leluasa di kursiku karena meja ku dipenuhi dengan kue-kue,coklat,
juga benda-benda yang dihadiahi cewek-cewek untuk Adrian si ice man. Padahal
yang aku lihat dia tak sedikit pun merespon cewek-cewek yang ingin berkenalan
dengannya, malah pernah aku melihat ia sedang membentak Nia yang pagi itu
mencoba memberikan kue untuk Adrian. Matanya yang tajam dan nada bicaranya yang
amat sangat keras membuatku merasa takut berada di dekatnya. Dimataku dia
adalah seorang yang tidak hanya dingin melainkan kejam.
“ Gue gak
suka sama cewek lebay kayak gitu “ ucapnya dengan nada sedikit mengeras.
Aku pun langsung panik dan ketakutan karena aku ada disamping dia. Bisa-bisa
aku kena bentak juga lagi.
“ya ya yaudah, gua kan ga
ada hubungannya sama cewek-cewek itu. Kenapa lo ngebentak gue?” nada bicara ku sedikit bergetar. Meskipun aku
terkenal cuek tapi aku paling tidak bisa dibentak.
Tiba-tiba dia menatapku, sepertinya dia mulai sadar bahwa aku
sangat amat takut. Namun matanya yang tajam membuatku semakin takut. Lalu dia
tersenyum dan mempalingkan wajahnya dariku.
“woy
semuanya, ambil nih barang-barang yang ada dimeja gue. Semuanya buat kalian” dia
berteriak membagi-bagi semua barang yang diberikan cewek-cewek untuknya.
‘ ini cowok ternyata sangat gak punya perasaan’ gumamku
Mulai saat itu, aku jadi takut duduk disampingnya. Namun sangat
tidak mungkin jika aku yang mengalah dan pindah tempat duduk. Kan aku duluan
yang duduk disini. Aku mencari cara untuk bisa mengusir dia dari tempat duduk
sasa. Cara satu-satunya adalah Sasa kembali sekolah agar bisa mengusir cowok
menyeramkan itu, namun Sasa masih harus menjalankan pengobatannya hingga
beberapa bulan kedepan. Itu artinya, aku harus rela duduk dengan jelmaan
sumanto yang amat menyeramkan.
Adrian
Semenjak kepindahan ku di sekolah ini, tak jauh berbeda dengan
sekolahku yang lama. Cewek-cewek lebay yang selalu mengelilingiku. Memberiku
ini itu, mengikutiku kemanapun aku pergi. Aku tak suka keadaan seperti ini,
mengganggu dan risih. Beruntung, aku tak salah memilih tempat duduk. Cewek
disampingku ini berbeda dengan cewek lainnya. Ia bahkan tak sedikit pun melirik
kearahku. Akhir-akhir ini aku rasa dia ketakutan karena melihatku membetak
salah satu cewek dari kelas sebelah. Mungkin dia adalah tipe cewek yang tidak
bisa dibentak. Aku rasa dia sedang mencari cara untuk memintaku pindah dari
tempat dudukku saat ini.
Saat jam istirahat, tiba-tiba dia mengajak ku bicara. Setelah dua
minggu kami bersebelahan tempat duduk kami sangat jarang bahkan bisa dihitung
berapa kali kami membuka suara.
“ boleh
gue ngomong?” ucapnya membuka pembicaraan
“apa?” jawabku
“ dari awal gue kan pernah
bilang sama lo, kalo ini tempat duduk sahabat gue, Sasa. Jadi sekarang gue
boleh minta lo pindah ga? Di belakang dan disebelah kanan sana kan juga kosong”
dia berbicara dengan hati-hati.
“sahabat lo kan belum masuk,
kenapa gue harus pindah?”
“..... karena lo kan belum
dapet ijin dari sahabat gue jadi ga bisa seenaknya duduk disini” sepertinya
dia benar-benar takut padaku
“oke, kalo gitu pulang
skolah lo harus temenin gue ke rumah sakit sahabat lo. Gue mau minta ijin” aku
pun langsung meninggalkannya dan menuju kantin.
Diovi
Hari ini aku memutuskan untuk berkata jujur pada Adrian untuk
segera pindah dari tempat duduk sahabatku,
Sasa. Namun sepertinya aku benar-benar takut padanya sehingga aku
memberikan alasan yang tak masuk akal.
“ boleh
gue ngomong?” ucapku membuka pembicaraan
“apa?” jawabnya
singkat
“ dari awal gue kan pernah
bilang sama lo, kalo ini tempat duduk sahabat gue, Sasa. Jadi sekarang gue
boleh minta lo pindah ga? Di belakang dan disebelah kanan sana kan juga kosong”
aku berbicara dengan yakin meskipun sebenarnya aku sangat takut
“sahabat lo kan belum masuk,
kenapa gue harus pindah?” arggghh
menyebalkan. Apa susahnya sih tinggal pindah aja. Gerutu ku dalam hati
“..... karena lo kan belum
dapet ijin dari sahabat gue jadi ga bisa seenaknya duduk disini” aku mulai ketakutan dengan tatapannya yang
tajam seperti ingin memangsaku sekarang juga. Sehingga aku memberi alasan yang
tak masuk akal.
“oke, kalo gitu pulang
skolah lo harus temenin gue ke rumah sakit sahabat lo. Gue mau minta ijin” jawabnya
dan langsung meninggalkanku.
Sial! Cowok nyebelin. Apa susahnya sih tinggal pindah aja.
Terpaksa deh aku harus mengantarnya nanti ke rumah sakit Sasa dirawat. Aku tak
tahu bagaimana nasibku nanti pulang sekolah.
Saat pulang sekolah aku ingin kabur saja rasanya. Mencari-cari
keberadaan Riko agar bisa membawa ku kabur dan menggagalkan rencana Adrian yang
ingin mengajakku ke rumah sakit tempat sasa dirawat. Namun, sepertinya aku
benar-benar sial hari ini. Bukannya Riko yang kudapati tapi Adrian lah yang
menghampiriku dengan mobil jeep nya.
“masuk” katanya
jutek
“e e e gue
ada tugas mendadak , jadi kapan-kapan aja ya” ungkapku
gugup. Bukan gugup sebenarnya tapi takut. Jika aku dibunuh tiba-tiba dijalan
kan tak ada yang tahu.
“gak usah
alasan. Cepet masuk!”
“i i iya”
Sial cowok ini benar-benar menyeramkan. Terpaksa aku pun pasrah
masuk ke mobilnya. Saat dimobil tak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya.
Hening dan hening. Aku terus berkutat dengan fikiranku. Setelah beberapa saat,
tiba-tiba mobil Jeep milik Adrian berhenti di jalan yang sepi. Astaga,
jangan-jangan dia benar-benar ingin menghabisiku.
“lo tau
kenapa dari awal gue milih duduk disamping lo?” ia pun
membuka pembicaraan. Bukan kedinginan seperti biasa yang aku tangkap dari nada
bicaranya, tapi kelembutanlah yang aku dapati
“nggak, kenapa emangnya?”
“gue
ngeliat lo itu beda sama cewek-cewek lainnya. Lo cuek, gak kecentilan dan gak
lebay. Perlahan gue bisa ngilangin bayangan kejadian itu setip gue deket lo.
Karena setelah kenal lo, gua jadi yakin kalo ga semua cewe itu lemah” ucapnya
lirih bahkan hampir tak terdengar.
“kejadian? ” tanya ku
takut-takut salah ngomong dan membuat dia kembali berubah jadi macan yang
menyeramkan
“ kejadian dua tahun yang
lalu, saat pacar gue meninggal. Gue sangat terpukul karena satu-satunya orang
yang gua sayang harus ninggalin gue dan yang bikin gue semakin terpukul adalah
penyebab kematiannya dia adalah gue”
Penyebab kematian? Jadi dia ini pembunuh? Dan jangan-jangan
sekarang aku mau dijadikan korbannya yang selanjutnya. Perlahan aku mundur dan
bergegas ingin membuka pintu mobil namun ‘hap’ tanganku ditangkap dan dia
menahanku untuk tidak keluar dari mobilnya.
“lo mau kemana? Setelah lo
tau, lo mau ngejauh dari gue kan? Sama kayak yang lainnya” ucapnya lirih
“elo ga mau ngebunuh gue
kan? Darah gue ga manis loh sseriusan” jawabku panik atau lebih tepatnya
ketakutan
Tiba-tiba tawanya pun meledak
“jadi lo kira gue bakal
bunuh lo dan makan daging lo gitu?”
“i i
iyaaa, lo tadi bilang kan lo yang bikin cewek lo mati ,terus slama ini lo juga
dingin banget kan, tapi tiba-tiba lo ngajak gue berduaan. Itu bukan artinya lo
mau jadiin gue korban selanjutnya kan?” jawabku menunduk
“jadi lo
ngira gue itu pembunuh? Lo itu gak Cuma
cuek tapi polos + bloon ya” ledeknya
“sial, jadi sebenernya lo
ini siapa? Trus kenapa cewek lo bisa mati karena lo?”
“ dia mati
pas gue ajak balapan mobil. Gue kira dia itu cewek yang kuat seperti yang
selalu dia tunjukin ke gue tapi ternyata dia lemah dan dia meninggal setelah
gue ajak dia balapan .... ” ungkapnya sangat lirih. Ada satu cairan bening
yang mengalir di pipinya.
“dulu gue emang suka banget balapan, dan gue sayang banget sama cewek gue makanya gue gak nyangka kalo ternyata gue
malah nganterin dia ke kematian”lanjutnya
“ kematian itu cuma Tuhan
yang tau Ian. Lo gak bisa nyalahin diri lo sendirian karena semua udah
digariskan Tuhan” Aku mencoba menenangkan dia yang sedikit tersedu. Ternyata
cowok yang misterius ini punya cerita yang begitu memilukan.
“tapi semua orang
menyalahkan gue, keluarga cewek gue bener-bener nganggap gue penyebab kematian
anaknya. Mereka gak mau liat gue lagi. Gue udah berusaha minta maaf ke mereka
tapi mereka ga maafin gue. Kakak-kakaknya malah mukulin gue sampe babak belur.
Gue bener-bener mengutuk diri gue sendiri, kalo boleh milih gue rela nuker dia
dengan nyawa gue, gue pun pernah nyoba bunuh diri 2kali tapi semuanya gagal,
gue masih hidup sampai sekarang”
“itu semua
karena Tuhan sayang sama lo. Dan itu bukan cara untuk bisa nebus dosa lo.
Sekarang lo harus bisa bangkit dan perlahan ngelupain masalah itu. Gue yakin,
meskipun keluarga cewek lo belum bisa terima tapi cewek lo pasti ngerti kok
kalo ini bukan salah lo” ucapku
mencoba menenangkan dan menepuk pundaknya perlahan
Tiba-tiba dia menatapku dan tersenyum.
“ maka
dari itu, gue mau berubah dan gue percaya lo bisa buat gue ngelupain semuanya”
“maksud
lo?” aku mengernyitkan dahiku .
tak mengerti dengan yang ia ucapkan
“gue mau lo jadi cewek gue,
untuk pura-pura. Biar cewek-cewek yang sering dateng ke kelas pada ngejauh. Gue
capek dikejar-kejar terus, gue mau bebas dan perlahan ngelupain kisah kelam
itu”
“ .....
tapi kenapa harus gue? “ tanyaku ragu
“lo beda
sama yang lain. Itu alasannya. Sekarang gue harap lo mau bantu gue” ucapnya.
Aku sedari tadi hanya bengong.
“tapi lo tenang, suatu saat
kalo lo nemuin cowok yang lo suka lo boleh pergi sesuka lo” dia tak
mengalihkan pandangannya. Matanya mengunci mataku. Aku yang ditatap pun tak
dapat mengalihkan pandanganku. Matanya yang tajam ternyata bisa melembut dan
menghanyutkan.
“gue harap
lo mau bantu gue ya”
Adrian
Hari ini aku
menceritakan semuanya kepada Diovi. Awalnya dia ketakutan karena mengira aku adalah
seorang pembunuh, namun akhirnya aku menjelaskan semuanya. Sepertinya dia
mengerti. Lalu aku memintanya atau lebih tepat memaksanya untuk menjadi pacar
bohonganku agar cewek-cewek lebay disekitarku menjauh dariku. Satu lagi, entah
kenapa aku yakin dia bisa membantu ku untuk berubah dan melupakan kejadian itu.
Keesokan
harinya aku menjemputnya kesekolah. Sekalian mengumumkan ke anak-anak disekolah
bahwa kami adalah pasangan sekarang. Saat sampai dirumahnya ternyata dia belum
bangun, dasar pemalas.
Diovi
Keesokan harinya
Pagi ini
rasanya berat sekali untukku membuka mata. Kejadian sore kemarin membuatku tak
mau melewati hari ini.
“ Diovi,
bangun. Udah dijemput tuh” teriak mamah
“siapa
mah?” tanyaku kaget. Karena tak biasanya ada yang jemputku. Apa mungkin
Riko menjemputku? Dalam rangka apa? .
“mamah gak
kenal” jawab mamah
Aku pun langsung bersiap-siap dan setelah beberapa menit aku pun
langsung keluar kamar dan aku terkejut saat melihat laki-laki yang menjemputku
ternyata Adrian.
“ngapain
lo?”
“jemput
lo, gue kan pacar lo sekarang”
“BOHONGAN”
“haha iya
iya, ayok nanti kita telat”
Dasar cowok es, udah maksa gue jadi pacar bohongannya eh
bertingkah semaunya lagi.
“mah, opi berangkat” pamitku
“tante,
kami berangkat ya. Assalamualaikum” pamitnya. Sok sopan sok baik padahal
aslinya nyebelin abis. Dia pandai sekali berakting.
Saat dimobil lagi-lagi keheningan lah yang terjadi. Sampai mobil
Jeep milik Adrian sampai di parkiran sekolah barulah dia buka suara.
“ gue percaya sama lo”
Maksudnya apasih cowok ini. Dari tadi diam seribu bahasa,
sekalinya ngomong aneh begitu. Dasar cowok misterius. Entahlah sudah berapa
julukan yang aku berikan untuknya.
Kami pun turun dari mobil dan seketika semua mata yang sedari tadi
menunggu kehadiran Adrian pun langsung menatap kearahku dengan sinis. Sepanjang
koridor semua mata tertuju padaku.
“loh kok
bisa si Opi satu mobil dengan Adrian?”
“kok bisa?”
Hingga sampai ke kelas pun banyak sekali yang membicarakan ku dan
Adrian. Sesampai dikelas cewek-cewek
yang sedari tadi menunggu kedatangan Adrian pun kaget dengan kedatangan Adrian
bersama ku.
“kok lo
dateng bareng Diovi sih adrian?” tanya Nia, cewek kelas sebelah yang
pernah dibentak oleh Adrian. Ternyata dia gak kapok dan masih berani mendekati
Adrian.
“
sekarang, dia cewek gue” jawab Adrian
Semua mata pun kembali menatapku sinis. Seakan bertanya kok bisa ?
kenapa harus dia? . Aku yang ditatap pun mencoba bertingkah sebiasa mungkin.
Lalu Adrian menarik lenganku menuju tempat duduk kami. Perlahan cewek-cewek
yang sedari tadi memenuhi kelas pun menjauh dan meninggalkan kelas.
“berhasil” bisik Adrian
Mulai hari
ini Adrian pun selalu bertingkah manis kepadaku disekolah. Tapi setelah itu, Cuma hening dan sifat dinginnya
pun keluar. Saat di mobil pun sering sekali aku hanya di cuekin. Namun aku
tidak dapat menuntut lebih karena status ku dengannya memang hanya bohongan.
Riko
Aku tidak
tahu apa yang sebenarnya terjadi pada sahabatku,Diovi. Tiba-tiba Adrian
mengumumkan bahwa Adrian dan Diovi sudah pacaran. Bahkan Diovi tak pernah
bercerita padaku kalau dia menyukai Adrian. Yang ku tahu, dia sangat tidak suka
pada anak baru itu. Aku bersahabat dengannya bukan sehari dua hari jadi aku
bisa dengan jelas melihat bahwa tak ada rasa suka apalagi cinta dimata Diovi.
Sejak ia berpacaran dengan Adrian, seakan ada jarak antara kami. Setiap hari
disekolah ia hanya berduaan kemana-mana dengan Adrian. Setiap bertemu aku ia
hanya menyapa sesekali lalu berlalu seakan tak mengenal ku. Karena aku
penasaran dengan perubahan sikap Diovi serta aku pun tak munafik bahwa aku
merindukan sosok sahabatku yang gila dan cuek itu, akhirnya malam ini tepatnya
malam minggu aku datang kerumah Diovi bersama Dilla sahabat SMP kami.
Sesampai dirumahnya, kami langsung di sapa oleh mamanya Opi. Kami
memang lumayan sering main kerumah Opi jadi mamahnya seakan telah menganggap
kami anaknya jadi langsung menyuruh kami masuk ke kamar Opi.
Diovi
Malam ini aku sedang menikmati
lagu-lagu dari Simple Plan, band favoritku. Tiba-tiba terdengar suara
cempreng dari luar. Aku sangat mengenal suara itu, pasti Riko.
“spadaaaaaaa” teriaknya
tepat di depan pintu kamarku
“opi nya gak ada” jawabku
dari dalam
Riko pun masuk ke kamarku, ternyata dia tidak sendiri. Dia bersama
Dilla, sahabat kami di SMP.
“ woy, cewek jelmaan” ledeknya
sambil membaringkan tubuhnya di sebelahku.
“apasih lo playboy cap
kecap” jawabku balik meledeknya
“eh Opi, mana cowok lo si
Adrian? Masa iya orang pacaran malem minggu dirumah aja. Dia gak ngapel atau
ngajak lo jalan gitu?” pertanyaan Dilla berhasil membuatku tersentak dan
berusaha memutar otak agar tidak
mencurigakan.
“iya nih,
kok aneh?” si Riko ikut-ikutan memojokanku
“ eh ehm
si A Adrian lagi ada urusan makanya gak bisa kesini” jawabku
terbata.
“oh, Btw lo kok ga
cerita-cerita ke gue sih kalo lo suka sama si Adrian?” tanya Riko
“ehm, iya
gue malu ceritanya. Secara selama ini gue kan belum pernah pacaran”jawabku
asal. Aku berbohong karena aku sudah janji kepada Adrian untuk tidak
memberitahu siapapun.
“dasar lo cewek jelmaan” ledek
Riko lagi
“eh, cerita dong. Udah
berapa lama lo pacaran sama dia? Udah pernah ngapain aja?” tanya Dilla
Wajahku pun seketika memerah. Dilla memang jail setengah mati. Jam
terbangnya dia dalam percintaan memang sangat banyak. Jadi wajar kalau dia
menanyakan hal itu.
“maksud lo
ngapain apa?” aku pun memilih pura-pura tidak mengerti, karena pada kenyataannya
aku dan Adrian kan hanya pacaran bohongan. Sangat tidak mungkin melakukan
hal-hal yang dimaksud Dilla. Lagian Adrian kan cowo es mana bisa romantis.
“gausah pura-pura bego deh,
walaupun lo belum pernah pacaran masa lo ga ngerti sih”
Aku mencoba mencari alasan yang tidak menyurigakan. Adrian memang
sangat amat kejam, selain memaksaku untuk jadi pacar bohongannya ia pun
memaksaku untuk tidak bercerita dengan siapapun, termasuk sahabat-sahabat ku.
“secara ya Opi, Adrian itu
keren dan kayaknya romantis gitu. Meskipun kalo disekolah jutek abis”
‘Gak hanya disekolah dia jutek, tapi dimana-mana juga emang kayak
gitu’ gerutuku dalam hati
“woy
jawab! Dia malah ngelamun” Dilla mulai tak sabar menunggu jawabanku
“eh ehm
belum pernah ngapa-ngapain hehe” jawabku
“SERIUS??”
dua
pasang mata ini seakan ingin menerkamku
“i iya, kenapa? Gue sih normal
yah pacarannya. Gak kayak lo dill Overdosis” aku mencoba mengalihkan
pembicaraan
“sial lo”
Setelah
kejadian malam itu, kenapa aku jadi kefikiran kata-kata Dilla. Bagaimana jika
ada yang bertanya padaku, gimana kita pacaran, ngedate kemana aja, jadiannya
gimana, dan aku harus jawab apa?
Pagi ini seperti biasa, dia menjemputku. Saat dimobil aku berniat
membicarakan dengannya tentang hal itu.
Saat di mobil aku mencoba membuka mulutku dan mengajak dia
membicarakan hal itu.
“gue boleh
ngomong sama lo?”
“kenapa?”
“kita kan
udah satu bulan pura-pura pacaran. Kalo tiba-tiba ada yang nanya kita jadiannya
gimana, pacarannya gimana, dan ngapain aja ... ”
‘buk’ Tiba-tiba
dia rem mendadak dan berhasil membuat
keningku terbentur dashbor mobilnya.
“Adriaaaaaannnn, lo bisa
bawa mobil ga sih? Jidat gue benjol nih”
Bukannya menjawab dia hanya menatapku. Aku yang ditatapnya pun
hanya bisa menunduk karena takut, sepertinya aku salah ngomong barusan.
“e udah
deh abaikan, cepet jalan lagi” ucapku mengalihkan pembicaraan. Karena
kalau terlalu lama ia menatapku begitu bisa-bisa wajahku berubah merah, dan dia
pasti menertawakanku abis-abisan.
“lo bener juga, semuanya gue
percayakan sama lo”
“maksud lo
apaan sih?”
“gue
percaya lo bisa karangin semuanya, nanti gue tinggal iyain aja”
“elo ya.
Huh”
Dengan memasang wajah tak berdosa ia kembali melanjutkan
perjalanan. Nyebelin banget sih nih cowok, bisanya nyusahin aja nih.
Saat disekolah aku pun terus mengelus-elus keningku. Berharap sang
pelaku tersadar dan mau minta maaf saat melihat korbannya menderita. Namun,
memang pada dasarnya dia ini cowok es, gak peka, jangankan minta maaf melirik
aja tidak.
Hari ini Adrian sedang latihan basket jadi aku bisa bebas ke
kantin bersama sahabat-sahabat ku. Setelah sekian lama aku harus terus-terusan
disamping cowok misterius itu akhirnya aku bisa bebas menggila dengan
sahabat-sahabat ku. Tadi mereka sudah ke kantin terlebih dulu, aku pun niat
ingin menyusulnya tapi baru saja ingin melangkah tiba-tiba segerombolan
cewek-cewek ‘pecinta’ Adrian datang menghampiriku dan memaksaku duduk kembali.
“apa-apaan
nih?” tanyaku tak mengerti
“gue masih gak percaya lo
sama Adrian beneran pacaran. Secara, setiap malam minggu gue lewat rumah lo
tapi gue ga pernah liat Adrian ngapel gitu dirumah lo” ucap Nia
“kayaknya lo Cuma mesra
disekolah kan? Di twitter, di facebook, di luar sekolah lo gak pernah
mesra-mesraan tuh?” lanjut Zahra memperkeruh suasana
“iya
bener, sebenernya lo beneran pacaran gak sih? “ tanya
Sissy
“bener
lah” ucapku gugup. Secara satu lawan banyak. Bisa-bisa aku di telan
hidup-hidup sama mereka
“oke, kalo
emang lo beneran pacaran. Gimana awalnya kalian bisa jadian? Perasaan hari-hari
pertama kalian masuk kalian Cuma diem-dieman kan?” kata Dessy
anak kelasku yang juga menyukai Adrian
“ehm, wa waktu itu Adrian
ngajak gue ketemuan. Iya, terus dia nembak gue deh. Katanya dia suka sama gue
sejak pandangan pertama” jawabku .
jujur, aku sangat bingung harus jawab apa. Gak ada ide sama sekali untuk
ngarang cerita. Dan aku baru sadar jawabanku tadi benar-benar tak masuk akal.
“suka? Sama lo? Pandangan pertama?
Mana mungkin” ledek Nia
“kenapa ga mungkin?” Tiba-tiba
Adrian datang dengan seragam basketnya.
Akhirnya, tumben banget nih anak jadi dewa penyelamat. Biasanya
ngerepotin terus.
“ta tapi lo berdua ga pernah
keliatan mesra” cetus Zahra. Sedangkan cewek-cewek yang lain langsung diam
dan ketakutan. Terutama Nia, secara dia kan pernah dibentak Adrian.
“oh, jadi
kalian semua mau liat gue mesra sama dia?”
“ lo liat
nih”
Tiba-tiba dia menarikku hingga membuatku langsung berdiri dan menghadapnya
sangat dekat. Lima detik, aku seakan terhipnotis. Mataku terbelalak kaget,
bibir Adrian meninggalkan jejak di bibirku. Inikah rasanya ciuman? Hangat dan
manis. Tapi tunggu, dia kan hanya pacar bohonganku. Dia tidak berhak
mendapatkan first kiss ku. Tapi dalam hati, seribu satu ledakan perasaan
bermain-main bebas.
“cukup?” tanya Adrian
pada cewek-cewek tadi. Dan cewek-cewek tersebut pun langsung berlarian keluar
kelas.
Aku masih terpaku. Tak mampu bergerak. Statis. Bagaimanapun itu
artinya Adrian telah merebut first kiss ku yang seharusnya ku berikan pada
pacar sungguhanku bukan dia, pacar bohongan.
“biasa
aja, gausah merah gitu pipinya” ucapnya meledek dan langsung kembali
kelapangan basket
“Adriaaaannn” teriakku
kesal.
Dia cowok yang bener-bener gak punya perasaan. Udah maksa aku
untuk jadi pacar bohongannya, terus ngerepotin, dan gak tau diri lagi bersikap
seenaknya. Aku benci cowok itu, gerutuku dalam hati.
Saat pulang sekolah, aku memutuskan untuk tidak pulang dengannya.
“ayok” ajak nya
“gak! Makasih, gue mau balik sendiri” lalu meninggalkan dia
Adrian
Hari ini aku melakukan hal yang sangat memalukan. Mencium dia di
depan cewek-cewek lebay yang sedang mengintrogasinya. Entah dorongan dari mana
hingga aku berani melakukannya. Tapi tujuanku adalah ingin menyelamatkan dia
dari cewek-cewek lebay itu. Sepertinya dia benar-benar kesal tapi aku menangkap
pipinya berubah memerah. Ternyata itu tadi first kiss nya, wajar saja.
Sore ini, dia menolakku untuk pulang bersama. Sepertinya dia
bener-bener marah padaku.
Diovi
Setelah kejadian itu aku memang meminta untuk tidak diantar-jemput
olehnya. Bahkan saat disekolah pun aku tak mau berpura-pura mesra lagi
dengannya. Kebetulan aku dikenalkan anak baru dikelas sebelah sama Riko,
namanya Abi. Abi memang tak setampan Adrian tapi aku mulai merasa nyaman
dengannya. Caranya bicara dan caranya memperlakukan wanita sangat amat manis.
Dia juga pandai memainkan piano sama seperti ku. Tidak jarang kami berdua
bermain piano bersama diruang musik. Hal itu membuat seisi sekolah gempar. Dan
mulailah berkembang gosip-gosip baru. Dimulai gosip aku selingkuh, hingga gosip
aku dan Adrian telah putus. ‘putus? Jadian aja nggak’ gumam ku dalam hati. Aku
pun tak menghiraukan gosip yang beredar. Begitu pula yang bersangkutan, Adrian.
Dia sama sekali tak ada niat meminta maaf atau apapun padaku. Setiap ada cewek
yang menanyakan perihal gosip itu, dia hanya menjawab ‘kita cuma lagi marahan’.
Dia tidak hanya menyeballkan tapi juga tidak tahu diri. Sudah
memaksaku untuk jadi pacar bohongannya, dia seenaknya mempermalukanku, sekarang
dia seenaknya juga pergi. Sudah beberapa hari ini dia tidak menyapaku di
sekolah. Tak ada alasan yang pasti. Tapi entah mengapa aku membenci keadaan
seperti ini, cuek-cuekan, dan sekarang dia malah ngga menyapaku sama sekali. Tunggu, kenapa
aku jadi mengharapkan dia mengabariku? Tapi jujur, aku merindukannya.
Adrian
Telah beberapa hari disekolah aku tak bertutur sapa dengannya. Biasanya
kami selalu berdua disekolah, Namun kali ini, aku rasa dia masih marah padaku
karena hal itu. Aku tidak bisa memaksa dia lagi. Bodohnya aku tidak memiliki
keberanian untuk meminta maaf padanya. Aku lihat beberapa hari ini dia sedang
dekat dengan anak baru dari kelas sebelah. Aku sering melihatnya berduaan
diruang musik. Sepertinya dia telah menemukan laki-laki yang benar-benar ia
suka jadi sekarang aku tak dapat lagi memaksanya terus membantuku, sekarang
sudah saatnya dia bahagia dengan pilihannya. Dan aku akan melepasnya.
Diovi
Beberapa hari ini ia benar-benar menghilang bagaikan ditelan bumi.
Aku sedikit merindukan jailnya dia, dingin dan cueknya dia. ‘Lo kemana sih
Ian?’ ucapku pelan
‘ddrrttt’ Tiba-tiba handphoneku bergetar
1 Message Received....
Adrian ‘Cowok
Misterius’
Gue minta maaf
kalo selama ini udah ngerepotin lo. Thanks buat semuanya. Sekarang lo bebas gue
ga akan ganggu lo lagi.
Me
Maksud lo
apasih?
Adrian ‘Cowok Misterius’
Satu lagi, sorry
gue udah ngerebut first kiss lo
Me
Adriaaaaaaaannnnnn
Anak ini, masih aja nyebelin. Gerutuku dalam hati . Setelah itu dia
tak membalas. Apa maksud sms nya? Apa sekarang dia udah bisa melupakan
masalahnya sehingga dia tak membutuhkan aku lagi? Tapi dia kurang ajar, waktu
memintaku untuk membantunya dia sampai nangis-nangis segala, tapi setelah
berhasil dia Cuma bilang makasih lewat sms. Dasar cowok misterius nyebelin!!!!!
Sekarang disekolah setiap ada yang menanyakan tentang Adrian
padaku, aku pasti menjawab “ Kami sudah tak ada hubungan apapun”
Kini aku dan Abi telah semakin dekat. Kami sering jalan berdua.
Dia juga sering datang kerumah ku untuk sekedar mengajariku piano. Ternyata
ayah nya abi adalah seorang pianis terkenal. Abi sangat berbeda dengan Adrian.
Dia ramah, romantis, dan dia pandai memainkan piano. Apa benar yang dikatakan
Riko sahabatku bahwa aku menyukainya? Entahlah.
Malam ini, Abi datang kerumahku membawa bunga dan sebuah boneka
teddy bear besar sekali. Ia menyatakan perasaanya padaku. Aku pun menerimanya
untuk menjadi pacarku. Aku fikir sudah saatnya aku merasakan punya pacar yang
sesungguhnya.
Berita mengenai hubunganku dengan Abi pun dengan cepat menyebar ke
seluruh penjuru sekolah.
Adrian
Telah hampir satu bulan aku tidak masuk sekolah. Bayang-bayang
kekasihku pun terus menghantui. Saat bersama Diovi aku tak pernah teringat hal
itu namun kini saat dia telah menjauh aku merasakan kesepian dan kembali
teringat hal itu. Apalagi dua hari lalu aku tak sengaja melihat kakak dari alm.
Kekasihku di salah satu mol. Aku semakin terbayang dan tak berani keluar rumah.
Rencananya pagi ini aku ingin datang kerumah Diovi untuk meminta
maaf secara langsung. Aku merasa tak tahu diri karena memutuskan hubungan
antara kami hanya melalui pesan singkat. Namun tiba-tiba ada yang mengirim
pesan padaku.
1 message received...
08131563xxxx
Adrian, apa kabar? Kemana aja kok lo udah hampir sebulan gak
sekolah? Gue kangen sama lo
Me
Siapa ya?
08131563xxxx
Gue Nia, anak kelas XI ipa 4. Oya, denger2 lo putus sama Diovi ya?
Sekarang dia udah punya pacar baru loh. Belum lama putus dari lo eh dia udah
punya pacar aja
Membaca pesan itu ada rasa sesak dalam dadaku. Aku membanting
ponselku asal. Aku membatalkan niatku hari ini. Sepertinya dia sudah
benar-benar tak ingin mengenalku. Aku tak boleh merusak kebahagiaannya. Sudah
terlalu lama dia menderita karena ku. Hari ini aku memutuskan untuk pergi ke
cafe coffe. Aku ingin menenangkan diri.
Saat sampai di parkiran cafe, baru aku turun dari mobil namun
tiba-tiba ‘bugggg’ sesorang
menonjokku tepat dipelipisku. Lalu menghajarku hingga aku tak berdaya. Aku
mencoba membuka mataku yang telah berlumur darah. Disekelilingku telah ramai
orang menyaksikan
“bang Dio?” ucapku
terbata. Ternyata bang Dio ‘kakak dari alm. Kekasihku’
“iya, gue.
Kenapa? Takut lo?” bentak bang Dio tepat di wajahku. Lalu ia
menjatuhkan tonjokan lagi di perutku.
“aagghh” aku
menggeram kesakitan
“lo masih berani hidup ya?
Gue kira lo udah mati. Atau jangan-jangan lo mau cari cewek lain untuk lo bunuh
?” bentak bang Dio (lagi)
“s so sorry bang, gue gak
ngebunuh ade lo, itu takdir bang” aku mencoba membela diri
“Takdir?
Ini baru takdir” ‘bugh’ lagi-lagi tangannya yang keras mengenai
pelipisku. Kini wajah ku telah penuh dengan darah. Lalu ia pergi.
Semua orang mendekat kearahku, mencoba membantuku berdiri.
Tiba-tiba Diovi menghampiriku.
“Adrian” ia
terkejut melihat wajahku berlumuran darah
“lo
kenapa?” ucapnya lagi khawatir
Saat aku mencoba melihat dia. Aku melihat dia sedang bersebelahan
dengan Abi, anak baru yang katanya telah menjalin hubungan dengan Diovi.
“enggak,
gue gapapa” ucapku dan langsung masuk ke mobil. Meskipun telah berlumuran
darah aku masih punya sedikit kekuatan untuk menyetir mobilku sampai kerumah.
Saat dirumah aku membersihkan luka ku sendiri. Aku terus terbayang
Diovi yang tadi berdua dengan kekasih barunya.
Diovi
Hari ini aku dan Abi akan jalan ke cafe coffe. Telah lama aku
tidak kesana. Terakhir kesana bersama Adrian, itu pun hanya sekali. Namun saat
baru sampai parkiran cafe, aku melihat ada kerumunan orang dan aku mencoba
mendekat. Pada saat itu aku melihat Adrian yang sedang dibantu berdiri oleh banyak
orang. Wajahnya berlumuran darah dan badanya penuh dengan lebam. Aku
mendekatinya.
“Adrian” aku terkejut melihat wajahnya berlumuran
darah
“lo
kenapa?” ucapku sangat khawatir
Ia mencoba melihat kearahku.
“enggak, gue gapapa” ucapnya
dan langsung masuk ke mobil. Ia pun pergi, aku tak yakin dia bisa menyetir
mobilnya hingga kerumahnya.
“Adriaaannn” ucapku
kesal
Acara ngedate ku dengan Abi pun tak berjalan dengan lancar, aku
lebih banyak bengong dan memikirkan Adrian. Saat dirumah aku mencoba menghubungi
Adrian namun nomornya tidak aktif.
Hari-hari selanjutnya akupun masih sering memikirkan Adrian. Anak
itu tiba-tiba menghilang dan kenapa saat di cafe itu dia menghindar. Apa ia
marah padaku.
Riko
Setelah putus dengan Adrian, aku melihat sahabatku Diovi sedikit
berubah. Ia memang telah memiliki pacar baru yaitu Abi, tapi aku tak melihat
bahwa dia cinta pada Abi. Sepertinya ia hanya kagum karen Abi pandai bermain
piano.
Akhir-akhir ini aku sering melihat dia melamun.
“lo kenapa
sih Opi?” tanyaku khawatir
“gapapa
kok Rik” jawabnya lesu
“lo ga mau
lagi cerita sama gue?”
“bukan
gitu”
“terus
kenapa?”
“gue
ngerasa kehilangan Adrian rik, dia tiba-tiba ngilang gitu aja”
“ lo masih
sayang sama dia? Terus kenapa lo terima Abi jadi pacar lo?”
“gatau,
gua sendiri bingung sama perasaan gua. Gua kagum sama Abi, gua seneng kalo lagi
bareng dia apalagi ngomongin piano. Tapi gue selalu ngerasa nyaman setiap deket
sama Adrian”
“gue udah
nebak, lo itu gak bener-bener cinta sama Abi. Lo itu hanya kagum karena dia punya
hobby yang sama kayak lo”
“tapi...”
“cinta itu
beda sama kagum Opi, cinta itu suatu kenyamanan. Lo akan merasa nyaman bersama
orang yang lo cintai. Itu artinya lo cintanya sama Adrian bukan Abi”
“gue gak yakin rik dia punya
rasa juga sama gue. Beberapa hari lalu gue ketemu dia di cafe dan dia babak
belur. Tapi pas gue tanya dia kenapa, dia malah langsung pergi bagaikan gak
kenal sama gue”
“mungkin
ada sesuatu yang dia rahasiakan dari lo. Atau mungkin dia lagi ada masalah”
Dia terlihat terdiam. Entah apa yang ia fikirkan, tapi aku melihat
wajah cemas dan sedih dari matanya. Aku pun meninggalkannya, aku yakin dia
butuh waktu untuk sendiri.
Diovi
Aku tak mengira bahwa Riko benar-benar mengerti yang aku rasakan.
Tapi apa benar dengan yang ia katakan. Bahwa sebenarnya perasaanku pada Abi
bukanlah cinta tapi kagum. Dan sebenarnya cintaku yang sesungguhnya itu untuk
Adrian. Tuhan, aku tak mengerti perasaanku.
Hari ini aku memutuskan untuk datang kerumah Adrian.
‘tok tok tok’ aku
mengetuk pintu rumahnya. Seorang wanita paruh baya membukakan pintu.
“Adrian ada bi?”
“ada non,
silahkan masuk”
“makasih
bi” Aku pun langsung masuk kedalam
“ngapain lo kesini?” suara
Adrian yang dingin mengagetkanku. Ternyata suaranya masih sangat dingin,
sepertinya ia masih cocok dijuluki ice man.
“biasa aja
dong” ucapku lalu menghampirinya di sofa
“muka lo
udah sembuh?”tanyaku saat melihat wajahnya yang masih biru-biru
“udah
mendingan, lo kangen ya sama gua?” ucapnya jail
“gausah
kegeeran. Lo kemana aja sih? Marah sama gue?”
“siapa
bilang gue marah? Gue Cuma nepatin janji gue ke elu. Waktu itu kan gue pernah
bilang, kalo lo udah nemuin cowok yang lo suka, lo boleh pergi dan gue ga akan
ganggu lo lagi”
“cowok
yang gue suka?”
“iya, itu
pacar baru lo. Siapa namanya?”
“Abi? Gue
udah putus. Sebenernya ... gue gak suka sama dia, Cuma kagum karena dia jago
main piano kayak gue”
“oh, terus
lo suka nya sama siapa dong?” ia menatapku jail
“gatau”
“gue boleh
jujur ga sama lo?”
“apa?” tanpa
diperintah wajahku telah memerah melihat matanya yang terus menatapku
“lo
berhasil buat gue berubah. Gue ngerasa kesepian tanpa lo. Dan saat jauh dari lo
bayang-bayang itu balik lagi. Waktu di cafe itu abang dari cewek gue yang
nonjokin gua sampe babak belur. Dia masih ga terima”
“astaga”
“gue punya
satu permintaan lagi, bantu gue please!” ucapnya memohon
“apa? Jadi
pacar bohongan lo lagi?” tanya ku cemberut. Sebenarnya aku ingin lebih, aku ingin kamu minta aku untuk jadi
pacar beneran bukan bohongan terus, fikirku
“ayok” dia
menarikku
ke mobilnya.
“pake sabuk
pengaman” perintahnya
“mau
kemana?” tanya ku heran
Lalu dia menggas mobilnya dengan kecepatan tinggi. Untung saja
jalanan hari ini tidak terlalu ramai, ia terus mengebut dan menerobos lampu
merah. Entah setan apa yang merasuki Adrian hingga ia membawa mobilnya bagaikan
orang kesetanan seperti ini. Aku yang disampingnya pun tak berani menatap
kearah depan, aku terus menutup mataku. Pasrah apa yang akan terjadi padaku
selanjutnya. Ia terus ngebut tanpa sedikitpun mengurangi kecepatannya. Sekarang
aku percaya bahwa dia pernah jadi pembalap mobil. Nafasku seakan tak lagi beraturan, aku
benar-benar lemas dan pasrah. Sampai akhirnya mobil Adrian berhenti tepat di
pinggir jurang.
“lo gila” ucapku
menghela nafas
“lo gak
mati kan?” tanya nya konyol sekali, disaat seperti ini dia malah bercanda.
“gue emang
ga mati tapi ruh gue udah melayang sampe surga” ucapku
kesal. Orang ini udah hampir buat
jantungku copot eh malah konyol gitu.
“sorry,
tadi gue cuma mau buktiin. Kalo kejadian itu bener-bener diluar kendali gue. Semua
udah diatur Tuhan, buktinya lo gue perlakukan sama seperti kejadian itu tapi lo
gak kenapa-napa kan?”
Ia menatapku. Kali ini matanya yang masih sedikit membiru itu
terlihat begitu sayu dan terlihat lemah.
“sekarang
gue percaya sama apa yang lo bilang, kematian itu cuma Tuhan yang tau. Gue gak
bisa nyalahin diri gue terus-terusan. Mulai sekarang gue akan jalani hari-hari
gue dengan lebih baik lagi. Masalah keluarga alm. cewek gue terima atau enggak
gue bakalan pasrah dan tetap berusaha ngeyakinin mereka kalau semua udah
jalannya Tuhan.” Air mata nya mengalir di pipinya. Aku hanya
bisa mengelus-elus bahunya.
“ Thanks
ya Opi, lo udah bantu gua berubah. Lo udah bikin gue sadar kalo hidup ini
sederhana dan indah” dia tersenyum dan terus menatapku. Baru kali
ini aku melihat senyumnya begitu manis.
“Gue punya
satu permintaan lagi”
“Apa?”
“Lo udah
berhasil ngerubah gue, sekarang gue minta lo mau mengisi hati gue”
“maksud
lo?”
“selama
ini kan gue udah sering nyusahin lo. Sekarang ijinin gue ngebahagiain lo”
“masih gak
ngerti” kataku sambil tersenyum jail
“dasar
oneng!!!!” ledeknya sambil mencubit pipiku gemas
“lagian,
dasar cowok es. Mau nembak cewek aja masih juga dingin”
“oh jadi
mau yang hangat?” matanya menatapku jail
Aku curiga, aku perlahan mundur namun ‘hap’ . Dia memelukku erat. Lamaaaaa
sekali, seperti tak rela jika harus dilepas. Sekarang aku telah benar-benar
merasakan hangat. Kehangatan yang
berasal dari cinta.
Aku tidak menyangka, cowok dingin dan
misterius yang berhasil merebut first kiss ku adalah cinta pertama ku. Sekarang
aku yakin, cinta itu misteri. Saat sang cupid memanahkan panahnya maka cinta
tak dapat lagi dielakkan. Cinta adalah sebuah daya, mampu menghidupkan
namun tak dapat dipahami, tetapi cinta adalah suatu fakta yang tak terelakan.
Cinta itu suci, kesuciannya tak bisa ditandingi juga tidak bisa ternodai, sebab
cinta lahir dari ketulusan hati. Namun, Cinta adalah jerat yang mengikat,
begitu kuat hingga tak ada satupun yang mampu berlari dan melepaskan
jeratannya.
Twitter : @dwiyuliant_
Facebook : Dwi Nuraga CLs
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus